News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Reformasi Dinilai Gagal karena Partai Politik Dikuasai Oligarki

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Webinar 25 tahun reformasi yang digelar Gerakan Bersama Indonesia, Kamis (18/5/2023).

“Jika keuangan parpol dikelola secara transparan dan akuntabel, tidak bergantung pada satu dua individu oligarki, Parpol lebih leluasa mengeksplorasi ide, memperdebatkan gagasan untuk menjawab kebutuhan kebangsaan, sebaliknya otoritas partai terkunci pada satu dua orang saja, bagaimana diskursus mau terbangun?" kata Fadli.

Menurut Co-Founder Bersama Indonesia, Bachtiar Firdaus, pascareformasi, agenda pelembagaan demokrasi harus terus dilanjutkan, yaitu dengan penguatan demokrasi dari prosedural menuju substansial. 

Dengan demikian akan lahir sistem rekrutmen pemimpin yang efektif. Tanpa kepemimpinan efektif indonesia tidak bisa menjadi negara maju.

“Pelembagaan kita mulai dari reformasi parpol, demokrasi internal, keuangan hingga pengkaderan parpol sehingga memunculkan pemimpin berintegritas. Sampai pada reformasi birokrasi, meluas tidak hanya di sektor publik tapi juga sektor privat,” kata Bachtiar.

Sayangnya, hal yang terjadi hari ini justru sebaliknya, partai politik cenderung melahirkan kepemimpinan yang koruptif. 

Hal itu tak hanya berimbas pada banyaknya politisi yang diciduk KPK, tapi juga membuat negara tak serius melakukan pemberantasan demokrasi.

“Pemberantasan korupsi di indonesia makin jadi seremoni dan rutinitas, tidak ada pembenahan sistem secara kelembagaan yang benar-benar serius. Kita lihat hukuman jadi koruptor di indonesia sangat enak, tidak dimiskinkan, fasilitas mewah di penjara, sampai dapat remisi,” ujar Bachtiar.

Sebagai kelanjutan dari reformasi politik, menurut Stafsus Wakil Presiden Gatot Prio Utomo, perlu dilakukan reformasi birokrasi. Meski demokrasi membaik, jika birokrasi tidak dibenahi secara terarah, Indonesia ke depan akan semakin memprihatinkan.

Baca juga: Lanjutkan Cita-cita Reformasi, Ratusan Aktivis akan Dirikan Yayasan 98 Peduli

Gatot mencontohkan kasus pemborosan anggaran hingga Rp 500 Triliun yang sempat ramai diperbincangkan beberapa waktu lalu. Kendati ia menyebut pemborosan anggaran tak sebesar itu, namun hal itu kerap terjadi akibat birokrasi yang tidak efektif.

“Bagaimana bisa mengentaskan kemiskinan hanya dari selesainya rapat? dan itu masih masuk indikator performance, bukan bagaimana persoalannya selesai. Oleh karena itu kinerjanya kita perlu benahi, antara proses perencanaan dan penganggaran tidak nyambung, bagaimana dengan turunannya? itu PR yang luar biasa besar di birokrasi,” kata Gatot.

Setelah sistem birokrasi dibenah, Gatot menegaskan perlunya pembenahan sumber daya manusia (SDM) birokrasi agar berintegritas. 

“Kita boleh punya investasi teknologi yang luar biasa di birokrasi, SOP paling hebat, tools paling canggih, tapi tanpa manusia yang punya karakter yang bagus, akan sia-sia,” pungkas Gatot.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini