News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lengsernya Soeharto 25 Tahun Silam: Kerusuhan Mei 1998, Pidato Terakhir hingga Digantikan BJ Habibie

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

File foto tertanggal 22 Mei 1998 ini menunjukkan mantan Presiden Indonesia Soeharto memberi hormat kepada para pengawal dan staf saat meninggalkan Istana Kepresidenan di Jakarta tak lama setelah mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei.

TRIBUNNEWS.com - Presiden RI ke-2, Soeharto, resmi mengakhiri jabatannya sebagai orang nomor satu di Indonesia selama 32 tahun pada 21 Mei 1998, tepat 25 tahun silam.

Soeharto resmi lengser dari jabatannya sebagai Presiden RI usai gelombang massa dan protes di berbagai daerah selama beberapa lama.

Soeharto memberikan pidato terakhirnya di Istana Merdeka, Jakarta, sebelum resmi menyerahkan jabatan presiden ke BJ Habibie.

Ia membuka pidatonya dengan mengatakan ia resmi mundur dari jabatannya sebagai presiden karena tidak ingin ada korban lagi.

"Ini adalah sejarah. Saya memutuskan mundur supaya tak jatuh korban lagi. Jelek-jelek, saya dulu naik karena didukung mahasiswa."

"Sekarang sudah jatuh korban mahasiswa. Saya nggak mau ada korban lagi," katanya membuka percakapan di Istana Merdeka pada 21 Mei 1998, dilansir Tempo edisi khusus Soeharto, Setelah Dia Pergi, edisi 4-10 Februari 2008.

Baca juga: Sejarah Hari Reformasi Nasional 21 Mei 1998, Mundurnya Soeharto sebagai Presiden RI

Jauh sebelum Soeharto lengser, berbagai rentetan peristiwa telah menunjukkan tanda-tanda hilangnya pengaruh Jenderal besar ini.

Hal ini berawal pada Juli 1997, saat krisis ekonomi mulai menghantam Indonesia.

Kala itu, nilai tukar rupiah terus merosot hingga memicu aksi demonstrasi besar-besaran di seluruh Indonesia.

Para mahasiswa turun ke jalan, hal yang dilarang pada saat itu, untuk menyuarakan reformasi.

Setelahnya, pada Februari-Maret 1998, sejumlah aktivis demokrasi diculik selama berhari-hari.

Penculikan ini diyakini sebagai upaya pemerintah meredam gerakan para aktivis.

Para aktivis yang diculik adalah Nezar Patria, Andi Arif, Desmon J Mahesa, Pius Lustrilanang, Haryanto Taslam, Herman Hendrawan, Rahardjo Waluto Djati, Faisal Riza, dan Mugianto.

Kerusuhan Mei 1998

Mahasiswa se-Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mendatangi Gedung MPR/DPR, Mei 1998, menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto. Sebagian mahasiswa melakukan aksi duduk di atap Gedung MPR/DPR. Hegemoni Orde Baru yang kuat ternyata menjadi inspirasi bagi orangtua untuk memberi nama bagi anak-anak mereka. (KOMPAS/EDDY HASBY)
Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini