Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo menanggapi terkait rencana pengadaan jet tempur Mirage 2000.
Fadjar mengatakan saat ini belum ada keputusan terkait pengadaan jet tempur bekas penggunaan Angkatan Udara Kerajaan Qatar.
Namun demikian, ia mengatakan rencana pengadaan tersebut merupakan upaya untuk menjaga standar kesiapan alutsista TNI AU.
Hal tersebut disampaikan usai menghadiri acara KSAU Awards 2023 di Halim Perdanakusuma Jakarta pada Rabu (31/5/2023).
"Keputusannya belum ada, tetapi itu adalah salah satu pilihan, salah satu pilihan. Kebetulan Bapak Panglima TNI berkunjung ke Uni Emirat Arab, salah satu program kunjungannya mengunjungi itu. Dan beliau disampaikan kelebihan-kelebihan pesawat tersebut," kata Fadjar.
"Jadi memang Mirage 2000 itu salah satu pilihan untuk mengisi gap. Jadi saat ini kondisi bagaimana, dan untuk menunggu pesawat yang baru itu membutuhkan waktu minimum lima tahun. Dan lima tahun ini Bapak Menteri mungkin memiliki perencanaan untuk mengisi gap. Kita mempunyai standar kesiapan. Itu yang akan, kita harus jaga," sambung dia.
Rencana Beli 12 Jet Tempur Mirage 2000
Diberitakan Kompas.com, Indonesia berencana membeli 12 jet tempur Mirage 2000-5 bekas penggunaan Angkatan Udara Kerajaan Qatar guna mempertebal kekuatan pertahanan udara nasional.
Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut rencana pembelian selusin Mirage tersebut masih dalam proses negosiasi.
“Sedang dalam proses negoisasi,” kata Dahnil melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Kamis (17/11/2022) siang.
Baca juga: Pilot TNI AU Berhasil Terbang Uji KFX/IFX di Korsel, KSAU: Kita Punya 4 Orang yang Sangat Pilihan
Dahnil mengatakan, rencana pembelian Mirage milik Qatar diharapkan sebagai langkah transisi kekuatan sebelum enam jet Rafale pesanan pertama Indonesia tiba di Tanah Air sekira 2026 mendatang.
“(Masih) proses negoisasi, dengan harapan (Mirage) menjadi transisi kekuatan sebelum Rafale datang yang masih membutuhkan waktu,” kata Dahnil.
“Sebagai interim agar kekuatan kita ready alias siap sedia, maka dilakukan negoisasi pesawat-pesawat tempur yang sudah ready,” sambung Dahnil.
Meski demikian, ia memastikan bahwa upaya pembelian Mirage tersebut belum ada keputusan.
“Belum ada keputusan,” imbuh dia.