Mereka hanya menangkap secuil perubahan sosial yang terjadi, bak nginceng dari lubang kunci.
“Kami memilih objek yang dianggap penanda penting perubahan sosial di Kota Solo. Karena itulah pameran ini—juga buku dan video dokumenter—kami beri judul Cerita dari Solo: Yang Tersua di Satu Masa,” kata Gabriel Haris, anggota tim video.
Foto-foto dalam pameran ini disusun sebagai “cerita bergambar”, terbagi dalam tiga bagian.
Untuk mendapatkan narasi, imajinasi, dan “suasana batin”, mahasiswa sengaja memotret satu objek dengan sejumlah foto.
Bagian I, “Bagai Bayang-Bayang Masa Silam”, merupakan narasi tentang sisa-sisa kebudayaan masa lampau yang masih hidup dan dihidupi oleh pelakunya.
Bagian II, “Meniti Buih Perubahan Zaman”, bercerita tentang upaya dan dinamika Kota Solo dalam mempertahankan citra sebagai kota budaya yang berakar pada sejarah negeri silang budaya.
Dalam konteks ini, terjadi perbenturan antara legitimizing identity dan project identity di Solo.
Patut dicatat, membangun kota budaya berbeda dari membangun branding kota budaya.
Kota budaya senantiasa dihidupi oleh seluruh penghuninya.
Atas pemikiran tentang kota budaya tersebut, Halim HD, budayawan Solo, mengatakan, “Solo menghadapi problem tradisi dan kebudayaan seperti kota lain. Dan itu masalah tata ruang. Segregasi ruang terjadi tanpa ada ruang perantara. Ruang antara inilah yang menciptakan kebudayaan bersama.”
Mangkunegara X mengakui bahwa Solo masih stagnan sebagai kota budaya.
“Seni budaya perlu pengembangan, tetapi sesuai akarnya. Pengembangan seperti apa, itu yang harus dipikirkan. Memang cukup stagnan di Solo, butuh proses, waktu dan keaktifan. Terutama di pusat budaya seperti Mangkunegaran,” ujarnya.
Bagian III, “Menimba Kebijaksanan Leluhur”, berkisah tentang upaya keraton merevitalisasi perannya sebagai pusat kebudayaan Jawa. Kita tahu, keraton adalah locus penting pendidikan kebudayaan di Jawa selain pesantren dan perguruan di desa-desa.
Pameran foto ini, yang dibuka oleh budayawan Romo Sindhunata SJ, sekali lagi, hanyalah satu kepingan puzzle tentang perubahan sosial di Solo. Satu kepingan yang dipotret oleh mahasiswa, yang tersua di satu masa.
(Tribunnews.com)