TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Koordinator Rumah Besar Relawan Prabowo 08, Haris Rusli Moti menanggapi isu pelanggaran HAM yang dikaitkan dengan sosok Prabowo Subianto saat menjabat sebagai Komandan Jenderal Korps Angkatan Khusus (Danjen Kopasus) di era 1998.
Kata Haris, sejatinya isu pelanggaran HAM itu merupakan isu yang selalu dimunculkan tiap lima tahun sekali atau tiap kali Pilpres.
Padahal menurut dia, isu dugaan pelanggaran HAM itu sudah kerap kali diberikan penjelasan oleh para pendukung atau bahkan dengan Prabowo Subianto secara langsung.
"Begini, kalau isu itu kan sebetulnya selalu menjadi isu yang di reproduksi setiap 5 tahun dan penjelasan itu juga sudah disampaikan setiap 5 tahun," kata Haris saat jumpa pers di Rumah Besar Relawan Prabowo 08, Jakarta Barat, Jumat (21/7/2023).
Akan tetapi, isu pelanggaran HAM tersebut menurut Aktivis 98 itu sudah tak lagi relevan digaungkan di Pemilu saat ini.
Sebab, menurut dia, masyarakat sudah seharusnya memilih sosok presiden dengan melihat kondisi atau gejolak yang dialami bangsa saat ini dan mendatang.
"Menghadapi pilpres 2024 yang paling penting saat ini kami ingin meyakinkan kepada rakyat bahwa kita harus memilih pemimpin yang mengerti kondisi politik yaitu Prabowo Subianto," kata dia.
sejatinya isu pelanggaran HAM itu merupakan isu yang selalu dimunculkan tiap lima tahun sekali atau tiap kali Pilpres
Dirinya secara tegas juga menyebut kalau Menteri Pertahanan RI (Menhan) itu merupakan sosok yang layak untuk menjadi pemimpin, bahkan hingga 10 tahun mendatang.
"Silahkan kalau yang lain mau memilih siapa. Tapi yang pasti kami meyakini 5 tahun sampai 10 tahun kedepan, sosok seperti pak Prabowo yang layak," tukas dia.
Sebelumnya, dikutip dari Kompas.com, Prabowo berbicara mengenai tudingan-tudingan yang didapatnya buntut peristiwa 1998.
Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra tersebut mengatakan, ia kerap dicap sebagai penculik hingga pembunuh akibat peristiwa itu.
"Saya sudah 4 kali ikut pemilu. Dan memang tiap kali saya ikut, apalagi kalau angka poling saya agak bagus, ya mulai keluar (isu pelanggaran) HAM ini dan sebagainya," ujar Prabowo saat diwawancara Najwa Shihab dalam program "Mata Najwa", dikutip pada Jumat (30/6/2023).
Menurut Prabowo, dalam kehidupan politik, sebenarnya hal tersebut biasa saja. Apalagi, kata dia, dalam negara yang menganut sistem demokrasi liberal, biasanya lawan politik harus diturunkan popularitasnya.
"Kalau bisa, dijelek-jelekin terus supaya tidak bisa muncul. Nah ini fenomena di banyak negara. Kita lihat di Amerika saja kan begitu. Di Amerika saja dicari-cari segala macam,”tutur Prabowo.
Maka dari itu, Prabowo menganggap tudingan-tudingan yang datang tersebut sebagai risiko menjadi prajurit.
Ia menyatakan telah melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan sumpahnya.
Baca juga: Berkaca Pilpres 2019, Relawan Bakal Tambah Jumlah Saksi di TPS untuk Jamin Suara Prabowo
"Saya pertaruhankan nyawa saya, berkali-kali untuk republik, untuk rakyat," kata Prabowo.
"Jadi saya tenang, saya tidak ke mana-mana. Ya jadi benar enggak selalu dibilang inilah, itulah, mau kudeta, dan sebaginya, penculik, pembunuh, kan? Jadi bagaimana ya? Saya mau apakan?" ujar dia.