Mulanya Raja Jenggala menerima pinangan untuk putrinya dari Kerajaan Kediri, namun istrinya yang merupakan Ibu Tiri dari Dewi Sekartadji tidak rela.
Si Ibu Tiri yang picik ini khawatir kalau pernikahan itu terjadi maka kekuasaan akan sepenuhnya berada di tangan Dewi Sekartadji, dan ia akan kehilangan previllagenya di Istana. Ia hanya ingin putri kandungnya yang bernama Candra Kirana yang dijodohkan dengan Sang Pangeran.
Ibu tiri Dewi Sekartadji lalu menghasut Raja Jenggala agar mengagalkan pernikahan itu.
Ia menghasut bahwa proposal pernikahan itu hanyalah tipu daya Kerajaan Kediri untuk menguasai dan mengambil alih Kerajaan Jenggala.
Raja Jenggala yang tadinya menerima pinangan itu menjadi ragu.
Baca juga: IKA UII Salurkan Bantuan Gerobak untuk Pelaku UMKM di Jakarta Lewat Anies Baswedan
Ia lalu memerintahkan perang dengan kerajaan Kediri. Terjadilah perang besar, ditengah kecamuk perang, Raden Asmorobangun dan Dewi Sekartadji terpisah, keduanya tersesat di hutan. Dewi Sekartadji ditemukan oleh Nyai Intan, Wanita kaya yang hidupnya hedon dan memiliki tiga putri sombong, Klenting Merah, Klenting Hijau dan Klenting Biru.
Dewi Sekartadji lalu diajak tinggal dirumahnya dan dijadikan sebagai pembantu yang diperlakukan sewenang-wenang.
Ia diberi nama Klenting Kuning. Sementara Raden Asmorobangun ditemukan oleh Mbok rondho yang penolong dan baik hati. Raden Asmorobangun lalu diberi nama “Ande-Ande Lumut” dan diajak tinggal dirumahnya.
Untuk mencari cinta sejatinya, Ande-Ande Lumut membuat sayembara pernikahan. Anak Nyai Intan (Klenting Merah, hijau dan Kuning) datang mengikuti sayembara tetapi ditolak oleh pangeran. Klenting kuning yang dihambat datang oleh Nyai Intan, akhirnya bisa datang dengan bantuan Bangau.
Disinilah cinta sejati itu dipertemukan, keduanya akhirnya menikah dan menyatukan dua kerajaan besar.