Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
Salah satu elemen bangsa yang sangat besar perannya dalam mengisi kemerdekaan adalah para pemuda. Ungkapan hikmah menyebutkan; Syubbanul yaum rijalul ghad, pemuda hari ini adalah tokoh di masa depan. Demikian bunyi sebuah semboyan dalam literatur Arab. Pemuda adalah harapan bangsa, tempat melabuhkan dan menitipkan asa dan cita-cita. Maka pemuda memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apa yang belum tercapai oleh para orang tua dan generasi sebelumnya, pemuda lah yang diharapkan dapat mewujudkannya. Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno pernah mengatakan: “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”.
Masa muda sering dikaitkan dengan kondisi yang prima, semangat dan idealisme yang tinggi. Namun di sisi lain juga memiliki kerentanan dan tantangan yang tidak sedikit pula. Menjadi suatu hal yang niscaya untuk mengarahkan mereka dan menyalurkan semangat darah mudanya pada hal yang positif dan bermanfaat. Sehingga masa muda benar-benar akan menjadi waktu yang produktif dan penuh kreativitas. Salah satu pesan Nabi dalam Hadis adalah agar kita memanfaatkan masa muda sebelum datang masa tua. Pada masa mudalah seseorang dapat memaksimalkan potensi dirinya dengan sebaik-baiknya. Saat usia telah beranjak senja, tidak banyak hal yang dapat dilakukan karena berbagai keterbatasan.
Allah mencintai para pemuda yang idealis, penuh semangat daya juang dan tumbuh di dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Di dalam al-Qur’an, Allah memberikan contoh pemuda yang memiliki karakter tersebut. Mereka adalah Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda saleh yang menentang tirani dan bersembunyi di dalam sebuah goa. Ketika Allah mengisahkan Ashabul Kahfi, Allah memuji mereka dalam firman-Nya:
نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِٱلْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا۟ بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَٰهُمْ هُدًى
“Kami ceritakan kepadamu kisah mereka dengan haqq. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan untuk mereka petunjuk.” (Q.S. Al-Kahfi: 13).
Ashabul Kahfi adalah contoh citra pemuda bertakwa dan memiliki idealisme tinggi. Para pemuda yang rela berjuang menentang kezaliman. Dalam konteks semangat juang, sesungguhnya juga dapat kita kaitkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Banyak pemuda pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Mereka gugur menjadi kusuma bangsa yang harum mewangi mengorbankan jiwa raga tercapainya kemerdekaan.
Di dalam Hadis riwayat al-Bukhari, Rasulullah juga memuji pemuda yang beriman, taat beribadah dan memiliki semangat pengabdian tinggi. Bahkan Nabi menjanjikan bahwa kelak Allah akan memberikan naungan pada hari Kiamat bagi para pemuda yang tumbuh di dalam pengabdian dan ketaatan kepada Allah.
Para pemuda yang selain memiliki karakter saleh, juga memiliki semangat pengabdian. Karena pada hakikatnya segala pengabdian, dedikasi, perjuangan dan kontribusi yang diberikan dengan ketulusan adalah bagian dari ibadah juga, sehingga pemuda ideal menurut Islam adalah pemuda yang memiliki semangat beribadah dan juga semangat berjuang. Semangat dan pengabdian dalam mengisi kemerdekaan. Dan tentu, itu bukan hanya kewajiban para pemuda, namun juga merupakan kewajiban kita, kewajiban seluruh elemen bangsa sesuai kapasitasnya masing-masing. Bekerja dan berkarya dengan sungguh-sungguh dalam mengisi kemerdekaan adalah merupakan cara kita pula dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan dan mengambil spirit kepahlawanan. Allah sangat mencintai mereka yang bekerja dengan kesungguhan dan penuh pengabdian, sebagaimana sabdanya;
إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (H.R. at-Thabrani, dan al Baihaqi).
Baca juga: Contoh Teks Khutbah Jumat: Islam yang Menentramkan Penuh Kedamaian
Maka di dalam mengisi kemerdekaan ini, spirit dan nilai-nilai kepahlawanan harus ditumbuhkan kembali. Semangat berjuang dan kegigihan di dalam melakukan tugas dan tanggungjawab masing-masing harus dilakukan dengan konsisten dan istiqamah, terutama para pemuda yang akan menjadi penerus cita-cita umat dan bangsa. Niscaya dengan itu dapat terwujud negara yang makmur sejahtera dan diridai Allah. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amin!
(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)