News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Arsip dan Manuskrip Syekh Yusuf Diajukan Sebagai Memori Asia Pasifik dan Dunia

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Dr. Rieke Diah Pitaloka. Rieke mengajukan arsip dan manuskrip Syekh Yusuf, untuk ditetapkan sebagai Memori Asia Pasifik MOWCAP dan Memori Dunia MoW UNESCO.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Dr. Rieke Diah Pitaloka mengajukan arsip dan manuskrip Syekh Yusuf, untuk ditetapkan sebagai Memori Asia Pasifik MOWCAP dan Memori Dunia MoW UNESCO.

Pengajuan diputuskan dalam rapat Dewan Komite Nasional MoW Indonesia, Senin (11/9/2023).

"Mohon dukungan dari seluruh rakyat Indonesia, khususnya rakyat Sulawesi. Pengajuan ini tak terlepas dari dedikasi beliau untuk bangsa dan negara Indonesia," ujar Rieke melalui keterangan tertulisnya, Senin (11/9/2023).

Anggota Dewan Komite Nasional MoW Indonesia ini menuturkan, Syekh Yusuf memiliki peran besar dalam melakukan perjuangan melawan kolonialisme Belanda di Kesultanan Gowa.

Ketika Kesultanan Gowa dikalahkan Belanda, lanjut dia, Syekh Yusuf pindah ke Banten, diangkat sebagai Mufti Kesultanan Banten oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

"Kesultanan Banten dikalahkan Belanda pada tahun 1682. Beliau ditangkap, kemudian diasingkan ke Ceylon, Sri Lanka, pada tahun 1684. Pada 22 Desember 1694, Syekh Yusuf diasingkan ke Afrika Selatan," papar politisi PDI Perjuangan ini.

Rieke mengatakan, dalam menimba ilmu, Syekh Yusuf dengan nama panjang Syekh Yusuf Abul Muhsin Tajul Khalawati Al-Makakasri (Tuanta Salamaka ri Gowa) juga senantiasa memperdalam keilmuan sebagai kecintaannya dalam membela bangsa.

"Saat di Pesantren Cikoang Talakar, mempelajari Thariqah dan Hubbul Wathan atau cinta dan membela tanah air. Beliau mempelajari Islam sekitar 20 tahun di Timur Tengah, seperti di Mekkah dan Madinnah, Yaman, serta Damaskus," tutur Rieke.

Rieke menyebut, yang tak kalah penting bagaimana Syekh Yusuf menjadi inspirasi bagi banyak orang, seperti pasukan Hizbullah di bawah pimpinan KH. Zainal Arifin Pohan, yang pada perang kemerdekaan bertugas mengkoordinir pelatihan-pelatihan semi militer di Cibarusah Bekasi dan Bogor untuk mengantisipasi Perang Asia Pasifik dan memperjuangkan kemerdekaan RI.

"Di Afrika Selatan, salah satu inspirator bagi Nelson Mandela dalam gerakan melawan apartheid atau politik rasial terkait pemisahan hak dan kewajiban ras kulit putih dan kulit hitam. Di Indonesia, salah satu inspirator bagi Gerakan Hubbul Wathan Minal Iman (mencintai bangsa merupakan tanda keimanan) yang digagas KH Abdul Wahab Chasbullah dalam gerakan umat Islam Indonesia melawan penjajahan Belanda," tutur Rieke.

Diketahui, Syekh Yusuf lahir di Gowa, 3 Juli 1626, dan wafat di Afrika Selatan, 23 Mei 1699. Melalui Keputusan Presiden (Kepres) No. 071/TK/1995 ia diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia, pada 7 Agustus 1995.

Dia juga mendapatkan gelar pada 27 September 2005 sebagai Supreme Companion of OR Tambo in gold, for heads of state and, in special cases, heads of government (SCOT) dari Pemerintah Afrika Selatan.

Baca juga: Syekh Yusuf al-Qaradhawi Tokoh Ikhwanul Muslimin Meninggal Dunia di Usia 96

Arsip Syekh Yusuf tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, National Archives of Netherlands, Library of University of Leiden, National Archives of Sri Lanka, South Africa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini