News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Relokasi di Pulau Rempang

HIPMI Kepri Harap Publik Beri Kepercayaan Pemerintah soal Rempang

Penulis: Reza Deni
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Hipmi Kepri Sari Dwi Mulyawati berswafoto bersama Menteri Investaasi Bahlil Lahadalia.

Hal senada juga disampaikan oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia di mana dia menegaskan bahwa pembangunan pabrik kaca dan solar panel di Pulau Rempang sejatinya menjadi kebutuhan. Hal ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya pabrik kaca dan solar panel di Indonesia.

"Di Indonesia tidak ada pabrik yang memproduksi kaca dan solar panel. Nah, di Rempang, itu rencananya akan dibangun salah satu pabrik kaca dan solar panel terbesar di dunia setelah Cina," ucap Bahlil.

Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Dukung Bahlil Ajak Dialog Warga dan Jaga Investasi di Pulau Rempang

Di sisi lain, masuknya investasi di Pulau Rempang bukan hal yang mudah. Ditambah dengan fakta di lapangan bahwa nantinya hadirnya proses pembangunan serta pengoperasian pabrik di Pulau Rempang juga akan menyedot banyak pekerja.

"Tidak hanya itu, proses masuknya investasi di Rempang juga akan melahirkan lapangan pekerjaan kepada anak-anak republik ini. Ekonomi dalam skala nasional juga akan meningkat," pungkasnya.

Sebagai informasi, aparat gabungan mencakup TNI, Polri, Satpol PP, dan Pengamanan BP Batam terus merangsek masuk ke perkampungan masyarakat di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Kedatangan aparat gabungan ke Pulau Rempang adalah untuk memasang pasok tata batas lahan Rempang Eco City, proyek strategis nasional untuk membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata di lahan pulau seluas 17.000 hektare yang digarap oleh PT Makmur Elok Graha.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas atau BP Batam yang ditunjuk untuk mengawal realisasi investasi tersebut berencana merelokasi seluruh penduduk Rempang yang sudah mendiami 16 kampung adat di Pulau Rempang itu sejak 1834.

Masyarakat adat yang menolak kehadiran aparat gabungan lantas melakukan pemblokiran dengan menebang pohon hingga meletakkan blok kontainer di tengah jalan. 

Aparat gabungan tersebut mencoba membersihkan pepohonan yang ditebang di jalan.

Aparat juga menembaki warga yang menghadang dengan gas air mata, water cannon, dan pentungan. 

Akibatnya, puluhan orang mengalami luka-luka, 6 orang di antaranya ditangkap, dan ratusan anak Sekolah Dasar mengalami trauma karena proses belajar dihentikan paksa dan dibubarkan.

Selain melakukan penembakan gas air mata ke arah warga, pihak kepolisian juga melakukan penembakan ke arah SDN 24 Galang yang menyebabkan para siswa harus dievakuasi dan diselamatkan oleh warga sekitar.

Akibat dari kejadian ini banyak orang tua siswa yang sibuk mencari anak mereka. 

Peristiwa ini juga yang menyebabkan mereka merasakan ketakutan yang amat mendalam.

Kendati demikian, Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Kepri) Irjen Tabana Bangun mengatakan tindakan aparat kepolisian selama ini sudah sangat humanis karena sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi kepada warga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini