Tapi pasukan Cakrabirawa tersebut dikatakan tidak tahu wajah sebenarnya Jenderal AH Nasution.
Kemudian, Pierre yang saat itu hendak beristirahat di ruang tamu terpaksa mengaku sebagai Jenderal AH Nasution, demi melindungi jenderalnya itu dan keluarganya.
"Saya Jenderal AH Nasution," ujar mendiang Pierre Tendean kala itu yang hingga kini menjadi kata-kata patriotisnya yang dikenang, dikutip dari Tribun-Medan.com.
Namun, nahas, saat itu juga Pierre Tendean diculik dan nasibnya berakhir mengenaskan hari itu juga dan dibunuh secara kejam.
Jenazahnya dimasukkan secara paksa ke lubang kecil di kawasan Jakarta Timur atau yang kita kenal dengan nama Lubang Buaya dan ditemukan tiga hari kemudian
Kematian Pierre tersebut meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya dan kekasihnya, Rukmini.
Untuk diketahui, dihimpun dari berbagai sumber, tak hanya Pierre, kejadian mengenaskan itu juga menimpa 6 jenderal angkatan darat
Mereka yaitu Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
Atas pengabdiannya pada negara, Pierre juga dianugerahi kenaikan pangkat satu tingkat secara anumerta menjadi Kapten.
Dan atas jasa-jasa dan keberaniannya, membuat Pierre turut dikenang sebagai pahlawan revolusi bersama sembilan perwira TNI lainnya.
Menurut kisah, Rukmini sempat mengalami goncangan hebat saat mengetahui calon suaminya mati dibunuh.
Disebutkan, butuh waktu lima tahun lamanya bagi Rukmini untuk bisa bangkit dan menikah lagi bersama pria lain.
Karier Pierre Tendean
Semenjak kanak-kanak Pierre ini memang sudah tertarik dengan dunia kemiliteran
Akhirnya saat dia dewasa, ia inngin mewujudkan keinginannya untuk terjun ke militer
Pierre sekolah dasar di Magelang, kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di Semarang ketika sang ayah, AL Tendean bertugas di sana.
Setelah lulus SMA, Pierre kemudian mendaftar di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD), yang berada di Bandung, pada 1958.
Setelah menyelesaikan pendidikannya itu, Pierre mengawali kariernya sebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan, Medan.
Lalu, satu tahun kemudian, Pierre melanjutkan pendidikan di Sekolah Intelijen Negara (BIN) di Bogor.
Setelah lulus dari BIN, Pierre ditugaskan menjadi mata-mata di Malaysia oleh Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD).
Pierre ditugaskan untuk memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah menyusup ke Malaysia.
Mulai sejak saat itu, karier Pirre Tendean disebutkan mulai menjanjikan.
Tak hanya itu, ada tiga jenderal yang menginginkan Pierre untuk menjadi ajudan mereka.
Di antaranya adalah Jenderal AH Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Kadarsan.
Pada akhirnya, Pierre menjadi ajudan Jenderal AH Nasution dan dipromosikan menjadi Letnan Satu pada 15 April 1965.
Pada usia 26 tahun, Pierre menjadi satu di antara pengawal termuda A. H. Nasution.
(Tribunnews.com/Rifqah) (Tribunnewswiki.com/Ahmad Nur Rosikin) 9Tribun-Medan.com/Putri Chairunnisa)