News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bambang Haryo: Kenaikan Cukai Rokok Bisa Hancurkan UMKM dan Perekonomian Masyarakat

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono mengkritisi kebijakan pemerintah yang secara terus menerus menaikkan cukai rokok. 

Menurutnya kenaikan cukai rokok bisa berdampak terhadap multiplayer effect ekonomi di masyarakat serta bisa meningkatkan munculnya generasi stunting di Indonesia. 

"Harusnya Kementerian Keuangan faham dampak kenaikan cukai rokok yang mengakibatkan harga rokok naik sangat tinggi dari 2019 ke 2023 sebesar kurang lebih 70 persen atau sekitar 97 juta rakyat indonesia perokok yang terdampak," ujarnya, Jumat (10/11/2023).

Menurutnya, hal ini akan bisa mengganggu perekonomian dan kehidupan di masyarakat, karena 70,5 persen dari total penduduk laki - laki di Indonesia adalah perokok dan mereka sudah menjadikan rokok sebagai kebutuhan pokok.

"Bahkan ada istilah lebih baik tidak makan daripada tidak merokok” karena konsumsi rokok itu bisa sebagai penghilang stres, menurut perokok dan benerapa ahli," katanya.

Bahkan, kata anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini, Indonesia pernah menjadi negara kunjungan wisata asing terbesar di dunia pada jaman Kolonial Belanda.

"Penyebab salah satunya adalah wisatawan menikmati produksi rokok Indonesia yang tidak ada di negara lain, sehingga para wisatawan bisa merasa rilex atau segar kembali saat berada di Indonesia," ujarnya.

"Karena para istri perokok menginginkan suaminya tidak stres dipekerjaan, akhirnya  mengakibatkan para istri dari perokok akan mengorbankan pendapatan dari suaminya, yang seharusnya untuk kebutuhan rumah tangganya dan kesehatan serta pertumbuhan anak - anaknya terpaksa dialihkan ke rokok untuk suaminya. Sehingga banyak anak - anak yang menjadi korban kenaikan cukai rokok dan menjadi generasi stunting serta gagal tumbuh," kata pemilik sapaan akrab BHS.

Dikatakan BHS, Kementerian keuangan yang dimotori oleh Menkeu harusnya paham, jumlah pajak yang sudah dibebankan kepada perokok sudah sangat besar totalnya 73 persen dari harga rokok untuk pajak, yang terdiri 60 persen cukai rokok, 10 persen PPN dan 3 persen pajak daerah.

Sedangkan penerimaan cukai rokok saja satu tahunnya sudah sangat besar sekitar Rp 200 triliun di 2022 naik dari 2019 sebesar Rp 164 Triliun.

Baca juga: Lembaga Pangan Segera Ambil Peran, Bambang Haryo: Kendalikan dan Tidak Ada Istilah Kiamat Beras

"Ini belum termasuk PPN dan pajak daerah loh, masih kurangkah membebani masyarakat?" ujarnya.

"Apa yang didapat si perokok dari pemerintah, BPJS atau KIS kah? Khan Juga tidak? Kita semua seharusnya faham bila perokok terjadi ketidak mampuan untuk membeli rokok, maka dampak multiplayer effect ekonominya luar biasa besar di masyarakat, karena sekitar 30 persen dari total UMKM yang berjumlah 64,2 juta sangat tergantung kepada konsumennya yang merokok. Misalnya ; Warteg, Warkop, Diskotik, Cafe - Cafe dan lain - lain mereka akan tergerus kehidupannya karena konsumennya yang perokok itu akan menurun tajam. Padahal ekonomi kita sangat tergantung kepada UMKM," kata mantan Ketua Komtap Utilitas Umum Bidang Infrastruktur KADIN Pusat

Lebih lanjut kata, Anggota Bidang Pengembangan Usaha dan Inovasi DPN HKTI , buruh pabrik rokok di Indonesia yang jumlahnya sekitar 5,9 juta dan petani tembakau yang berjumlah sekitar 600 ribu akan terpengaruh kehilangan pekerjaan dan ekonomi sekitar kehidupan mereka akan hancur total .

"Sudahlah stop! kenaikan cukai rokok dan malah seharusnya TURUNKAN!! Saya masih yakin Pak Jokowi akan membatalkan kenaikan cukai rokok seperti yang pernah terjadi di Tahun 2018 di Rapat Paripurna DPR-RI di hadapan Menteri Keuangan RI, saat itu Saya sebagai Anggota DPR-RI menolak keras kenaikan cukai rokok dan untuk di Batalkan. Alhamdulillah tiga hari kemudian Presiden Jokowi membatalkan kenaikan cukai rokok yang akan membebani masyarakat pada waktu itu, Kita harus melindungi ekonomi Indonesia secara komprehensif, jangan hanya memikirkan sub sektor saja, pikirlah untuk keberhasilan dan kepentingan bangsa Indonesia secara luas"Tutup BHS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini