Febri mengungkapkan untuk daerah Jawa Timur ia telah membuat analisa agar tenaga medis di Puskesmas lebih terarah dalam mengembangkan program promotif dan preventif. Hasil analisa menyatakan bahwa di Puskesmas tempat ia bertugas telah ditemukan akar masalah dan solusinya.
Dari hal tersebut, Febri mengajak masing-masing wilayah untuk melakukan analisa agar dapat mengembangkan layanan dan mendapatkan solusi bagaimana meningkatkan layanan promotif dan preventif.
Ketua Dewan Pengawas, Abdul Kadir yang turut hadir dalam kegiatan menyampaikan pesan kepada seluruh peserta kuliah umum agar sedapat mungkin meningkatkan literasi tentang Program JKN.
Ia sangat berharap agar kurikulum tentang pembiayaan kesehatan bisa masuk ke dalam mata kuliah di fakultas kedokteran Indonesia.
"Ini bisa menjadi inisiasi masuk kurikulum, sehingga kita semua paham, tidak lagi ragu dan bertanya-tanya tentang JKN dan BPJS Kesehatan. Karena banyak peraturan dalam Program JKN yang diterbitkan, kita kadang kurang paham khususnya dalam hal pola pembiayaan INA CBG’s yang sudah ditentukan tarifnya sebelum tindakan dilakukan,” ungkapnya.
Baca juga: Meningkat Drastis, BPJS Kesehatan Catatkan 606,7 Juta Pemanfaatan Layanan di Tahun 2023
Abdul Kadir sepakat dengan Ketua Pusat BKS IKM-IKP-IKK-FKI, Febri terkait pelayanan kesehatan harus fokus pada promotif dan preventif. Ia berharap sebisa mungkin FKTP memberikan pelayanan paripurna yang diawali dari pengembangan kompetensi dokter-dokter di FKTP yang meliputi pusksesmas, klinik pratama dan dokter praktik perorangan. (*)