TRIBUNNEWS.COM - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang, Jakarta Timur, membekali puluhan pegawainya pemahaman tentang literasi digital.
Hal tersebut, dimaksudkan untuk membangun persepsi serta menyebarkan hal positif di masyarakat tentang instansi pemerintah tersebut.
Dalam keterangannya, Kepala Lapas Kelas I Cipinang, Prayer Manik, menjelaskan persepsi dan stigma negatif begitu kental ketika diasosikan dengan kata penjara atau lembaga pemasyarakatan (lapas).
Hal yang melekat dengan lapas biasanya menyeramkan, kejahatan dan serba hitam.
Apalagi di era digital saat ini, kata Prayer, penyebaran hoax dan konten negatif semakin menguatkan stigma negatif tersebut.
Oleh sebab itu, Prayer Manik membekali para pegawai dengan literasi digital.
"Tak bisa dipungkiri, banyak yang menganggap lembaga pemasyarakatan adalah tempat buangan. Image yang langsung muncul serba tidak baik, hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas, pemberontakan dan narkoba."
"Padahal di dalam lapas, kami sekuat tenaga membekali dan menyiapkan para warga binaan untuk bisa kembali terintegrasi ke masyarakat menjadi manusia seutuhnya," kata Prayer Manik di Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Lebih lanjut, Prayer juga menyiapkan internalnya agar dapat menyebarkan informasi faktual dan terpercaya dengan memanfaatkan kanal digital.
Hal tersebut, dilakukan guna membangun awareness masyarakat terhadap situasi tersebut,
"Mindset harus diubah, dan itu harus dimulai dari kami sendiri. Bicara soal instansi pemerintah berarti tak terlepas dari pelayanan mumpuni di semua lini," lanjut Prayer Manik.
Baca juga: 3 Narapidana Terorisme di Lapas Kelas II B Indramayu Ikrar Setia Kepada NKRI
Diketahui, Lapas Kelas I Cipinang telah melakukan rangkaian transformasi dan inovasi untuk meningkatkan layanan bagi warga binaan.
Di antaranya bengkel kegiatan kerja yang lengkap mulai dari workshop batik, kopi, kerajinan tangan (art & craft), bakery hingga digital.
Bahkan, produk-produk warga binaan Lapas Cipinang telah dipasarkan melalui saluran e-commerce.
Kemudian, terdapat layanan bagi disabilitas, peningkatan kualitas makanan warga binaan.
"Beragam program dan peningkatan sarana prasarana kami siapkan di Lapas Cipinang demi peningjatan keterampilan dan kemandirian warga binaan."
"Informasi positif ini yang ingin kami sampaikan di digital khususnya media sosial yang akhi-akhir ini kita lihat dipenuhi oleh amarah dan caci maki," ucap Prayer.
Dalam kesempatan tersebut, Praktisi Media, Rahayuningsih, menjadi trainer dalam pelatihan literasi digital bagi pegawai Lapas Cipinang.
Rahayuningsih menegaskan, pentingnya internal untuk dapat mengikuti perkembangan budaya digital.
Hal itu, untuk membantu instansi atau organisasi tetap relevan, adaptif terhadap perubahan, dan efektif dalam penggunaan teknologi.
"Dinamika kehidupan kita saat ini erat sekali dengan perkembangan digital."
"Bagaimana kita sebagai individu dam instansi tetap menjadi fleksibel dan selalu up to date untuk menjawab tantangan baru sehingga organisasi tidak ketinggalan," ungkapnya. (*)