Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minuman manis banyak ditemukan dan dijual di pasaran.
Mudahnya akses membeli, membuat masyarakat suka mengonsumsi. Terlebih dengan harga yang murah dan terjangkau.
Padahal, mengonsumsi minuman manis dalam kemasan dapat berisiko munculnya penyakit tidak menular.
Salah satunya adalah diabetes melitus tipe dua.
Nyatanya, masyarakat penyuka minuman manis terbesar ada pada generasi muda.
Baca juga: Nomor 3 di Asia Tenggara Komsumsi Minuman Manis, Ini Tiga Alasan Orang Indonesia Candu dengan Gula
Hal ini diungkapkan Staf Ahli Perubahan Perilaku dan Kordinator advokasi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Rully Prayoga.
Keterangan ini didapat dari survei yang dilakukan pihaknya pada tahun lalu.
Hasil dari survei tersebut menemukan hampir 32 persen mengonsumsi MBDK sebanyak 2-6 kali dalam seminggu.
Baca juga: Dokter Ingatkan Orangtua untuk Batasi Anak Konsumsi Minuman Manis dan Dingin Saat Lebaran
Selain itu, ditemukan informasi lainnya. Anak-anak menjadi konsumen terbesar dari MBDK ini.
"Tahun lalu kami survei di delapan ibu kota provinsi di Indonesia terkait MBDK. Siapa sih yang mengonsumsi. Kami terkejut, ternyata konsumsi terbesar adalah anak-anak dan remaja, di bawah 17 tahun," ungkapnya dilansir dari YouTube Kementerian Kesehatan, Jumat (12/4/2024).
"Yang terjadi adalah tahun kemarin kita menemukan hampir 78 persen konsumen (MBDK) terbesar anak-anak remaja," tambahnya.
Rully menjelaskan jika data tersebut cukup mengejutkan.
Karena, akan terjadi potensi kenaikan angka obesitas dan laju diabetes melitus pada generasi muda.
Sedangkan negara punya cita-cita Indonesia emas pada 2045. Tentu tujuan ini akan terkendala kalau generasi muda banyak yang mengalami sakit.
"Yang kami inginkan konsumen mengonsumsi makanan dan minuman sehat, tidak mau meminum menjadi penyakit," tegasnya.