News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jadi Tanggung Jawab Bersama, Pengelolaan Sampah Perlu Harmoni Multisektoral

Editor: Dodi Esvandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diskusi bertajuk “Jelajah Solusi: Kelola Sampah melalui Harmoni Multisektoral” di kantor, Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Nestlé Indonesia meyakini bahwa kerja sama para pemangku kepentingan dibutuhkan untuk menyelesaikan tantangan ini.

Faiza menjelaskan bahwa sejak 2018 Nestlé secara global memiliki komitmen untuk memastikan bahwa 95 persen kemasan yang digunakan harus bisa didesain untuk didaur ulang atau diguna ulang.

Selain itu, juga mengurangi satu per tiga dari penggunaan resin plastik baru di tahun 2025.

Baca juga: Atasi Masalah Sampah, Pemprov DKI Jakarta Kembangkan RDF Plant

Terdapat tiga strategi yang dipaparkan Nestlé Indonesia untuk mendukung upaya pemerintah dalam Peta Jalan Pengurangan Sampah, yaitu mengurangi kemasan (less packaging), membuat kemasan yang lebih baik (better packaging), dan meningkatkan sistem yang ada (better system).

Kemudian, untuk mewujudkannya, setidaknya ada lima pilar untuk mengurangi (reduce), mendesain ulang (redesign), mengisi ulang dan menggunakan kembali (refill and reuse), mendaur ulang (recycle), serta mengubah perilaku (rethinking behavior).

“Kami yakin bahwa pengembangan kemasan saja tidak cukup, hal tersebut tidak bisa mengatasi seluruh masalah sampah di dunia. Jadi, kami berkomitmen untuk bisa berkontribusi atau mengembangkan infrastruktur pengelolaan sampah di negara-negara Nestlé di seluruh dunia dan mempromosikan gaya hidup yang bijak sampah,” kata dia.

Faiza menegaskan, promosi gaya hidup harus terus disinergikan supaya masyarakat dan konsumen bisa kelola sampahnya mulai dari rumah tangga.

Menurut dia, banyak jenis sampah rumah tangga yang dapat didaur ulang menjadi barang yang berguna.

Sampah yang sering dianggap tidak memiliki nilai guna sebenarnya masih mempunyai manfaat yang cukup besar untuk kehidupan manusia sehari-hari.

“Terdapat perspektif negatif di masyarakat, ketika berbicara mengenai barang hasil daur ulang. Jadi perlu untuk mengubah mindset tersebut, karena banyak sekali dan ada di keseharian kita. Kresek yang dianggap tidak ada nilainya, ternyata nilai daur ulangnya tinggi sekali. Yang tak kalah penting ialah bagaimana peningkatan kolaborasi supaya pemanfaatan sampah-sampah dari hulu bisa dilakukan dengan baik,” kata Faiza.

Faiza turut menuturkan bahwa kolaborasi sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sampah, karena tidak bisa hanya melibatkan satu pihak saja. Setiap pihak memiliki porsi masing-masing dalam membantu wujudkan pengelolaan sampah supaya lebih baik lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini