Bagi Ricky, sebagai perwira pelaut TNI AL, dirinya bukanlah seorang yang hebat sebagai individu.
Hal itu karena, kata Ricky, dirinya tidak bisa melakukan tugas-tugas lainnya di kapal perang sendirian meskipun ia telah bersekolah di Australia, Amerika, hingga dua kali di Prancis dan mengunjungi belasan negara.
"Di sini (saya) bukan seorang Superman, bukan seorang Super Ricky, tapi bisa (memiliki) Super Team. Jadi saya tidak mungkin bisa bekerja sendiri, membawa kapal, memasak, mengendalikan persenjataan, navigasi, komunikasi sendiri," kata dia.
"Jadi saya di sini memiliki tim yang hebat agar bisa membawa kapal ini dengan selamat dan kru semuanya sehat," sambung dia.
Untuk itu, sebagai komandan kapal dirinya memilih untuk mengayomi anak buahnya yang terdiri dari berbagai macam suku hingga rentang usia itu sebagai seorang saudara, kakak, atau bapak.
Menurut Ricky, dengan sendirinya anak buahnya akan hormat dan menjaganya apabila sebagai pimpinan ia mampu merangkul anak mereka.
"Jadi saya berikan (semangat) ke mereka jangan putus asa. Kalau kalian ada apa-apa, kalian punya saya. Kalau saya bisa merangkul kalian, kalian juga harus bisa memberikan yang terbaik. Jadi bukan kalian bertugas saja, terus semena-mena. Jadi saya sampaikan," kata dia.
Sebagai seorang manusia biasa, Ricky pun terkadang dilanda rindu dengan anak istrinya yang berada di Jakarta atau kesedihan karena sesuatu hal.
Namun, ia mengaku tidak pernah ingin menampakan itu di depan anak buahnya.
"Kalau saya sampaikan ke mereka saya sedang bersedih bahwasanya saya jauh dari keluarga, ini tidak bisa mereka melihat 'tuh komandan saja sedih'. Jadi akan membawa efek atau dampak kepada hasil pekerjaannya," kata Ricky.
"Di sini saya berusaha mengayomi, ada saya. Ayo kita bersama. Kita tampilkan di sini (di sebuah papan pada koridor bintara), keluargaku penyemangatku," kata Ricky menunjuk sebuah papan berukuran sekira 3 X 1 meter berisi foto-foto para krunya bersama keluarga masing-masing.
Ia mengingatkan kepada anak buahnya bahwa keluarga mereka adalah motivator mereka.
Bagaimana, kata dia, mereka tidak bisa lepas dari orang tua, istri, dan anak mereka.
"Mereka adalah pemberi semangat kalian. Meskipun kalian kalian jauh, kalau kalian ada rasa sedih, putus asa, kalian lihat mereka bangga sekali dengan kalian," kata dia.
"Memang dukanya jauh dari keluarga bertugas di Papua ini. Minim kita, paling cepat tiga bulan kita bisa dapat cuti ataupun pada saat kapal tidak operasi. Tapi kalau kapal saat operasi, mereka harus berada di kapal untuk melaksanakan tugas operasi dari pimpinan," ungkap dia.