Dia juga menekankan pentingnya negara-negara ASEAN terus menyerukan larangan penggunaan kekuatan militer dalam menyelesaikan permasalahan di Selat Taiwan, serta perlunya pemerintah negara-negara ASEAN memikirkan langkah untuk melindungi warganya, bila terjadi konflik bersenjata.
China Sudah Jadi Ancaman Nyata di Kawasan
Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, Ph.D, menegaskan, dalam menyikapi konflik Taiwan-China yang kini memanas, pemerintah Indonesia harus selalu uptodate atas kondisi terkininya.
Menurutnya, pemahaman ini dibutuhkan agar pemerintah bisa cepat tanggap dalam mengamankan warga negara Indonesia di Taiwan.
"Pemerintah Indonesia harus memberi perhatian lebih besar bagi perlindungan keamanan PMI di Taiwan." tegasnya.
Kemampuan pemerintah Indonesia untuk cepat tanggap ini penting diasah karena situasi di Selat Taiwan maupun Laut China Selatan makin sulit diprediksi.
"Isu lainnya adalah bagaimana kita memastikan pemerintah kita selalu update tentang krisis di Selat Taiwan. Seberapa kuat kita memiliki pemahaman terkini terutama di level pengambil kebijakan/pelaksana pengambil kebijakan," ungkapnya.
"Yang harus kita gugat sekarang bagaimana pemerintah bisa memastikan WNI yang ada di Tawain itu baik-baik saja. Yang jadi pertanyaan bagaimana pengawasan 300 ribu WNI itu oleh Kemenlu. China sekarang sudah semakin asertif, atau bahkan agresif di Selat Taiwan dan Laut China Selatan,” ujarnya.
Berbeda dengan era sebelum Presiden Xi Jinping berkuasa di China, "Saat ini China makin sulit dipahami kapan akan memberikan lampu hijau, lampu kuning, atau lampu merah,” ujarnya.
"Perilaku China makin ke sini makin lebih hands on atas isu-isu di Laut China Selatan dan Selat Taiwan. Kita nggak pernah tahu kunjungan Nancy Pelosi (mantan Ketua DPR Amerika Serikat) ke Taiwan tanda tanda Taiwan mengarah ke independen."
"Kita semakin sulit memahami bagian mana yang jadi redline maupun blueline-nya China. Kalau kita melihat latihan militernya China, sebenarnya cukup terukur," sebutnya.
"Potensi konflik di Selat Taiwan lebih besar ketimbang di Laut China Selatan karena bagi China Selat Taiwan adalah wilayah perairan dia. Sementara Laut China Selatan, bagi China adalah klaim diplomatik China."
"Sense of territory China lebih besar ke Selat Taiwan dibandingkan dengan Laut China Selatan," bebernya. Karena itu, dia menilai China memang telah menjadi ancaman yang makin nyata di kawasan.
Tetapi Broto Wardoyo juga menggaris bawahi bahwa sikap China sedikit banyak juga terkait dengan respons negara adi daya lain, yaitu Amerika Serikat. “Tidak ada dansa yang dimainkan sendirian,” kata dia.