Dua peserta itu adalah Elisabeth Rumbiak dari komunitas Anker Big Family asal Jayapura Papua, dan Jeffery Junior Maesala, kuratorial Solomon Islands National University tutor for Culture and Solomon Islands studies, dari Kepulauan Solomon.
Elisabeth mengenalkan karya seni tari terakhirnya yang berbicara tentang hutan perempuan di Jayapura.
Sementara Jeffery berbagi gerak tarinya yang terilhami dari kegiatan sehari-hari. Seperti gerakan memeras kelapa menjadi santan, atau gerakan serupa burung endemi Kepulauan Solomon.
Ia juga menceritakan latar belakang kulturalnya yang kini tidak lagi dipraktikkan oleh anak-anak muda generasi penerus di tempatnya.
"Saya pikir ini jadi pengingat tentang hal yang sama yang kita hadapi juga dalam konteks kita di Indonesia," kata Josh.
Perwakilan Seniman Melanesia Diajak Lihat Hubungan Manusia dan Alam
Adapun kegiatan berikutnya di kawasan ekowisata Hutan Mangrove, Desa Reroroja, Megapanda, Kabupaten Sikka, para perwakilan seniman Melanesia diajak untuk terhubung dengan alam.
Peserta residensi diajak melihat bahwa hubungan antara alam dan manusia tidak melulu bersifat industrial.
"Jadi kita ingin residensi ini juga melihat bagaimana hubungan antara alam dan manusia itu sifatnya tidak selalu industrial tapi juga hadir selalu berdampingan, saling membutuhkan satu sama lain," kata Josh.
Selain itu, tujuan lain dari kunjungan ini adalah memberikan ruang bagi para seniman Pasifik untuk meriset mandiri soal hutan mangrove dari konteks Maumere.
"Dan ini tujuan sebenarnya untuk kawan-kawan seniman juga melakukan riset mandirinya mereka untuk mengalami hutan mangrove dalam konteks maumere gitu," ujarnya.