Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengungkap evakuasi warga negara Indonesia (WNI) keluar dari Lebanon dilakukan dengan menempuh jalur darat.
Sekitar 25 WNI yang saat ini ikut evakuasi, dilaporkan sudah tiba di Damaskus, Suriah, yang berjarak 111 kilometer dari Beirut, Lebanon.
Baca juga: Menlu RI: Ada 25 WNI Dievakuasi dari Lebanon, Kini Sudah Tiba di Damaskus Suriah
Sebagai informasi, tindak evakuasi WNI ini dilakukan karena Lebanon, tepatnya kelompok bersenjata Hizbullah yang terafiliasi dengan Iran dan mendukung Palestina, tengah berkonflik dengan Israel. Keduanya saling serang. Serangan udara Israel menyasar Beirut, Ibu Kota Lebanon.
Retno mengungkap proses evakuasi diambil via darat, lantaran kebijakan ruang udara di wilayah Timur Tengah amat dinamis. Beberapa hari terakhir negara-negara yang ada di wilayah Timur Tengah, seperti Yordania yang berada di selatan Suriah, membuka dan menutup ruang udara mereka.
Baca juga: Israel sudah empat kali menginvasi Lebanon, apa bedanya dengan invasi kali ini?
"Jadi sekali lagi karena situasi yang sangat dinamis di lapangan, ruang udara bisa dibuka kemudian ditutup lagi, beberapa hari yang lalu ruang udara di atas Jordan juga ditutup kemudian dibuka lagi," jelas Retno ditemui selepas acara penghargaan MUI, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024).
Penggunaan ruang udara untuk evakuasi WNI ke Indonesia, akan dilakukan dengan lebih dulu melihat situasi dan kebijakan dari negara-negara di Timur Tengah.
Hal ini tak lain karena situasi di Timur Tengah sangat dinamis imbas tensi panas yang bukan hanya terjadi di Gaza, Palestina, tapi merambah ke kawasan lainnya.
"Jadi kita akan lihat pokoknya kesempatan terakhir penerbangan dapat dilakukan tentunya akan kita lakukan, lebih cepat lebih baik," ungkapnya.
Retno mengatakan, dirinya tergabung dalam grup yang berisi para duta besar RI di Timur Tengah, di mana setiap perkembangan kebijakan negara wilayah masing-masing dilaporkan di sana. Pemerintah akan terus memantau perkembangan situasi terakhir dan kebijakan setiap negara dari grup tersebut.
"Jadi sangat dinamis dan kita akan terus memantau perkembangan ini dan kita sudah memiliki satu grup para duta besar di Timur Tengah yang setiap waktu beliau-beliau melaporkan kepada saya perkembangan di masing-masing negara," katanya.
Diketahui saat ini situasi memanas terjadi antara Israel dan Lebanon. Kedua negara saling berbalas serangan. Rentetan serangan udara dilancarkan Israel menargetkan ratusan kelompok Hizbullah di wilayah Lebanon.
Militer Israel mengklaim telah menyerang lebih dari 1.300 lokasi yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran. Lebanon membalas dengan melancarkan rentetan roket.
Akibat konflik ini, per Selasa (24/9/2024) otoritas Lebanon mencatat jumlah korban tewas akibat bombardir Israel sebanyak 558 orang, termasuk 50 anak-anak.
Baca juga: Kemlu Ungkap Sejumlah WNI di Lebanon Berubah Pikiran, Awalnya Tak Mau Dievakuasi Kini Minta Pulang