Terpaksa, aksi judi online yang selama ini disembunyikan, akhirnya harus diceritakan kepada istri dan orang tuanya karena arah hidupnya sudah buntu saat itu.
Barang seperti tablet, handphone hingga perhiasan yang merupakan mahar untuk pernikahan dengan sang istri pun terpaksa dijual saat itu.
Bahkan, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) sepeda motornya pun dia gadai untuk menutupi utangnya yang sudah menumpuk.
"Sampai jual perhiasan. Perhiasan mahar buat nikahan dulu buat nutupin utang," ucapnya.
IRZ mengaku juga mengaku sempat ingin pergi ke Psikolog kala itu karena merasa depresi akibat hidup penuh dengan utang. Namun, akhirnya dia pun bangkit dan meninggalkan praktik judi online itu setahun kemudian.
100 Orang Dirawat di RSCM
Permasalahan judi online belakangan di Indonesia makin menjadi perhatian pemerintah.
Pasalnya, jumlah orang yang kecanduan dan terjerat judol kian hari angkanya semakin meningkat dan efeknya berpengaruh pada kesehatan mental.
Bahkan ada yang sampai dirawat di rumah sakit karena mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan judi online.
Psikiater Konsultan Adiksi dan Kepala Divisi Psikiatri RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Dr dr Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ(K) mengatakan ada di RSCM ada peningkatan jumlah pasien akibat judi online yang cukup besar selama 2024.
"Jumlahnya itu kalau yang dirawat inap pada mendekati angka 100 dan yang dirawat jalan itu dua kali lipat dari angka yang dirawat inap," jelas dr Kristiana dalam press briefing bersama IDI, Jumat (8/11/2024).
Baca juga: RSCM: 90 Persen Korban Judi Online Dirawat karena Depresi Akibat Terlilit Pinjol
Meski tampak mengkhawatirkan, Kristiana mengatakan hal ini menjadi pertanda baik, karena kesadaran orang akan kesehatan mental semakin besar.
Kristiana meyakini jumlah ini masih sebagian kecil saja dari fenomena kecanduan judi online yang terjadi di
masyarakat.
Tren judi online sendiri diketahui mulai menjamur pada 2021 ketika pandemi.
Terlebih ketika pinjaman online semakin mudah didapatkan.