News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Modus Pengasuh Pesantren di Serang Lecehkan 3 Santri Perempuan: Minta Kopi, Pijat Hingga Pengobatan

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko mengatakan tiga 3 santriwati korban pelecehan seksual KH, pengasuh pondok pesantren di Cikande, Serang, seluruhnya merupakan anak di bawah umur.

 


TRIBUNNEWS.COM, SERANG - Total ada tiga santri perempuan yang menjadi korban pencabulan oleh KH (42) pengasuh pondok pesantren di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten.

Satu diantara santri tersebut, yakni SL, kemudian hamil dan dipaksa menggugurkan kandungannya.

Menurut keterangan Kasatreskrim Polres Serang AKP Andi Kurniady, dari hasil pemeriksaan terdapat tiga santri yang menjadi korban pelecehan seksual, yakni SL (17), SP (18) dan M (22). 

"Modus yang dilakukan KH kepada korbannya beragam. Ada yang minta dibuatkan kopi, minta dipijit sampai pengobatan," kata Andi Kurniady, Senin (2/12/2024). 

SL kena modus pengobatan dan diminta datang ke kamar pribadi KH lalu diajak bersetubuh. SL mengaku 3 kali diajak paksa berhubungan badan oleh KH. Dua kali menggunakan kondom dan yang ketiga tanpa memakai kondom hingga kemudian SL hamil. 

Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko mengatakan tiga korban tersebut merupakan anak di bawah umur.

Salah satu korban, kata dia, disetubuhi hingga hamil. Tersangka kemudian mengaborsi korban tersebut untuk menutupi perbuatannya. 

Kasatreskrim Polres Serang AKP Andi Kurniady.

"Korban lain, M dicabuli dengan cara diremas payudaranya, dicium, dan tersangka menggesekkan alat kelaminnya ke kelamin korban," ujar Condro. 

Condro menjelaskan motif yang digunakan oleh KH. 

KH mulanya menyuruh korban untuk membuatkan kopi, memijatnya, dan melakukan pengobatan kepada santriawati agar mau menuruti hasrat seksualnya. "Dirayu, diminta mijat, hingga dipaksa," ujarnya. 

Menurut Kasatreskrim, saat tahun SL hamil KH juga memaksa korban SL untuk melakukan aborsi kandungannya. 

Sementara itu, santri SP disetubuhi KH hingga 4 kali. Sedangkan santri M mengalami pelecehan seksual.

SL semula tidak tahu bahwa dia telah mengandung anak KH sampai suatu saat KH tiba-tiba meminta air seni dirinya. "Saya tanya air kencing itu untuk apa, dia bilang bukan untuk apa-apa. Mungkin mau di tespek (cek kehamilan) kali," ujar SL

Beberapa hari kemudian KH memaksa SL diminta meminum oba aborsi. Obat tersebut disimpan di bawah lidah dan dimasukan ke vagina. 

Baca juga: Kesaksian Santriwati SL, 3 Kali Dicabuli Oknum Pimpinan Pesantren Serang, Diminta Air Kencing

"Katanya itu obat untuk pelancar haid, terus saya diminta pakai softek (Pembalut) oleh pelaku, saya nurut pakai Softek dan saya meminum obat itu, disuruh minum pakai Sprite," beber SL. 

Saat itu KH memberi tahubahwa SL telah hamil. "Akhirnya saya kecewa dan nangis. Kata si pelaku, tenang neng dosa mah nggak ditanggung sama si eneng," ungkapnya. 

Menurut SL, setelah meminum obat itu dia tidak merasakan adanya tanda-tanda keguguran. Hingga akhirnya, KH memanggil dukun pijat untuk memijat dirinya.

Detik-detik penangkapan KH (42) oknum pimpinan pondok pesantren di Desa Gembor Udik, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, oleh polisi, Minggu (1/12/2024). (dok. Tribunnews)

SL mengaku dia akan dipaksa menikah dengan santri pria jika menolak menggugurkan kandungannya. 

Saat akan dipijat oleh dukun yang dipanggil oleh KH ke pondok, SL dipaksa meminum ragi, jamu dan nanas muda. "Sehabis minum itu saya panas dingin kayak mau mati, abis itu muntah-muntah," kata SL.

Tapi SL malah dimarahi KH ketika tahu dia muntah-muntah. 

Janin yang dikandung SL akhirnya keluar lalu dibuang. Dia mengaku tidak tahu siapa yang diminta membuang janin itu.

"Saya gak tahu siapa," kata SL. 

KH kemudian mengancam SL agar tidak menceritakan masalah tersebut pada siapapun. 

"Setelah menggugurkan itu saya gak boleh bilang siapa ya, kalau bilang-bilang katanya saya juga masuk polisi," tutur SL sambil menangis. 

Warga yang mengetahui pelecehan seksual ini kemudian mendatangi pondok dan mengamuk dengan merusak aset pondok beramai-ramai.

Polisi datang ke lokasi meredakan amarah warga. KH sendiri kabur dan bersembunyi di plafon rumah warga.

Penangkapan KH (42), pengasuh pondok pesantren pelaku pencabulan terhadap santri di Cikande Serang, oleh petugas gabungan Polres Serang. (dok.)


KH sempat bersembunyi namun berhasil ditangkap personil gabungan Polres Serang dan Polsek Cikande dari atas plafon rumahnya atas kasus dugaan pencabulan terhadap santriwatinya.

Penangkapan KH dipimpin langsung oleh Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko setelah penggerudukan massa.

Tak hanya merusak seluruh kobong serta tempat pimpinan ponpes, massa juga membakar 2 gazebo yang berdiri di antara kobong.

Penangkapan KH (42), pengasuh pondok pesantren pelaku pencabulan terhadap santri di Cikande Serang, oleh petugas gabungan Polres Serang.

Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko membenarkan terjadinya peristiwa pengrusakan bangunan ponpes dan rumah KH oleh ratusan massa.

Kapolres juga membenarkan peristiwa pengrusakan dipicu dari dugaan pimpinan ponpes berinisial KH telah melakukan tindakan asusila kepada santriwatinya.

“Benar telah terjadi pengrusakan bangunan ponpes oleh sejumlah warga buntut dari peristiwa dugaan tindakan asusila yang dilakukan pimpinan ponpes,”ujar AKBP Condro Sasongko.

Kapolres mengatakan bahwa pimpinan ponpes berinisial KH telah berhasil diamankan saat bersembunyi di atas plafon rumah warga tidak jauh dari lokasi ponpes Bani Ma’mun Kobak.

“Pimpinan ponpes yang diduga melakukan tindakan asusila berhasil diamankan ketika bersembunyi di atas plafon rumah warga beberapa saat setelah peristiwa pengrusakan terjadi. Saat ini KH masih dalam pemeriksaan intensif di Mapolres Serang,” kata AKBP Condro Sasongko.

Warga Marah, Bakar Gazebo Santri

Kepala Desa Gembor Udik, Arsyad membenarkan terkait adanya kejadian perusakan aset pondok yang dikelola KH.

Warga mengamuk lantaran salah seorang santriwati diduga dicabuli oleh seorang ustadz inisial KH yang merupakan pimpinan ponpes.

“Tempat duduk duduk (gazebo) anak santri saja dibakar. Tapi langsung dipadamkan, itu spontan saja oleh warga, ada juga warga luar, kejadiannya sekitar pukul 14.00 sampai pukul 15.00 WIB,” ujar Arsyad kepada wartawan.

“Kejadian itu diduga terkait pencabulan yang dilakukan pimpinan ponpes dan sudah dilaporkan ke Polres Serang,” sambungnya.

Arsyad mengungkapkan, pimpinan ponpes KH sendiri memang sangat tertutup. Bahkan, dengan aparat desa setempat pun tidak kenal.

Sampai saat ini pun pihaknya tidak tahu nama dari ponpes tersebut.

Arsyad mengatakan, hingga sore hari Minggu menjelang magrib warga masih berkumpul di pondok pesantren. Puluhan personil Polres Serang dan Polsek Cikande masih menjaga di kawasan ponpes.

Laporan Reporter Engkos Kosasih | Sumber: Tribun Banten

 

 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini