TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt Ketua Umum PPP Mardiono merespons pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy yang memintanya untuk melakukan tobat nasuha.
Mardiono mengaku sudah setiap hari melakukan salat tobat.
"Saya setiap hari itu selalu salat tobat. Bahkan, habis Isya atau pas saya melakukan salat hajat misalnya, saya selalu melaksanakan salat tobat," ujar Mardiono kepada wartawan, Sabru (14/12/2024).
Menurut Mardiono, tobat memang diajarkan agama untuk manusia. Karena itulah, dia dan jajarannya melakukan salat tobat.
"Jadi semua insan muslim itu sebenarnya selalu menjalankan tobat, karena setiap manusia, setiap langkah, setiap hari-hari itu pastilah kita akan memproduksi dosa. Mohon maaf ya, salah ucapan, salah tindakan, kita jalan menginjak semut, pasti kita membawa dosa," kata dia.
Dia melanjutkan bahwa Tuhan telah memberikan ruang agar manusia bertobat.
"Tapi tobat itu bisa dilakukan terhadap orang yang tidak melakukan kesalahkan secara terus menerus," katanya.
"Kalau tobat kemudian salah lagi-salah lagi itu namanya tobat sambel, udah kepedesan, makan lagi," pungkas Mardiono.
Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M. Romahurmuziy atau Rommy mengatakan, Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II PPP yang akan dibuka pada Jumat (13/12/2024) harus dijadikan ajang evaluasi atas kegagalan Plt Ketua Umum PPP M Mardiono.
Menurut dia, Mukernas ini harus memberikan catatan bahwa kepemimpinan DPP PPP kali ini gagal dan sudah kehilangan legitimasi secara moral.
Awalnya, Rommy menyampaikan, jika Mukernas II PPP ini memang memiliki tema transformasi. Maka, ada banyak hal yang harus ditranformasikan.
"Pertama, kaderisasi. 5 tahun terakhir PPP stagnan tanpa kaderisasi. Yang ada justru mengubah diri menjadi semata-mata partai elektoral. Padahal kekuatan PPP adalah grass root kader yang terpelihara hingga Ranting," kata Rommy saat dikonfirmasi, Jumat (13/12/2024).
Baca juga: Mardiono: Muktamar PPP Jangan Cacat Organisasi dan Konflik, Bisa Membangkitkan Setan-setan
Kedua, kata Rommy, perlu ada transformasi jati diri. Menurutnya, PPP telah kehilangan identitas sebagai partai umat. Maka, PPP harus merebut kembali hati umat.
"Ketiga, Kepemimpinan. Alih-alih memperluas basis, PPP justru sibuk dengan pergantian senyap Suharso ke Mardiono yang berujung pada tidak lolosnya PPP," terangnya.