Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Reli Bitcoin di perdagangan pasar kripto global kembali mengalami penurunan harga yang tajam, anjlok sebesar 6 persen dalam 24 jam terakhir hingga harganya terjun di level 59.100 dolar AS.
Angka tersebut anjlok tajam bila dibandingkan dengan harga Bitcoin awal Maret lalu, dimana satu koin dibanderol hingga 71 dolar AS.
Imbas anjloknya harga Bitcoin, CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 3,17 persen ke angka 2.207,62 Open interest terdepresiasi 6,23 persen di angka 54,18 miliar dolar AS.
Raport merah juga tercatat di data fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com, menunjukkan total volume pasar kripto selama 24 jam terakhir amblas 8,79 persen jadi 81,4 miliar dolar AS.
Baca juga: Harga Bitcoin Amblas, Dibanderol 59.000 Dolar AS Imbas Tersengat Komentar Dovish Powell
Adapun penurunan harga kripto khususnya Bitcoin mulai terjadi sejak awal Agustus, tepatnya pasca gejolak global mencengkeram industri kripto. Kondisi ini semakin diperparah karena munculnya kekhawatiran investor menjelang rapat tahunan Jackson Hole yang digelar Bank Sentral AS The Fed.
Selain faktor-faktor diatas, ada sejumlah penyebab lainnya yang membuat Bitcoin diselimuti tren bearish selama sepekan terakhir. Berikut dugaan apa saja yang jadi biang keladi dari kemerosotan kripto, mengutip dari berbagai sumber.
1. Komentar Dovish Powell
Pergerakan negatif koin kripto terjadi buntut kekhawatiran investor terkait rencana Ketua The Fed Jerome Powell yang akan memangkas suku bunga acuan dari level tertinggi lebih dari dua dekade.
Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic berulangkali memberikan isyarat terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan. Namun, pihaknya masih mencari data tambahan untuk mendukung penurunan suku bunga bulan depan lantaran data ekonomi terbaru dan tren pasar perumahan membuat harapan ini diragukan.
Alasan ini yang membuat investor melakukan wait and see karena khawatir apabila rencana pemangkasan suku bunga di bulan September akan gagal dilakukan, apabila pemangkasan suku bunga gagal terjadi maka aset berisiko, seperti Bitcoin tak lagi dipandang menarik bagi investor.
2. Data Inflasi AS
Pengumuman data inflasi Amerika Serikat yang akan segera dirilis juga memberikan guncangan pada harga Bitcoin. Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, The Fed mungkin akan bersikap lebih ketat, yang bisa berdampak negatif pada Bitcoin.
Namun ternyata jika inflasi rendah maka pasar berpotensi stabil dan memberikan sedikit kelegaan bagi pemilik Bitcoin, ketegangan itu yang membuat investor melakukan wait and see hingga pasar kripto bergerak ke arah negatif.
3. Laporan Pendapatan Perusahaan Teknologi
Menjelang rilisnya data keuangan perusahaan teknologi besar seperti NVIDIA, Salesforce dan CrowdStrike membuat para investor cenderung menahan diri.
Apabila laporan keuangan membukukan hasil negatif maka laporan ini dapat mempengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan, termasuk pasar kripto. Akan tetapi jika hasilnya bagus, kepercayaan investor mungkin akan meningkat.