Laporan Wartawan Tribun Jogja, Wilem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Model shelter atau hunian sementara itu dibangun dengan konsep berbasis perdukuhan. Shelter tersebut dibangun di Posko Jenggala, Dusun Wonosari Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Kabupaten Sleman, untuk para pengungsi yang rumahnya mengalami kerusakan berat akibat letusan Merapi beberapa waktu lalu.
Shelter-shelter itu dibangun berdasarkan kelompok dusun. Setiap dusunnya lebih kurang berjumlah 50 kepala keluarga. Hunian sementara itu, bisa jadi gabungan dusun, kalau dalam dusun tersebut jumlah kelompok kurang 50 kepala keluarga.
Selter-selter itu, dindingnya terbuat dari bambu dan atapnya dari bahan seng. Setap selter seluas 36 meter persegi itu, terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur, satu MCK, dan satu teras atau halaman.
Selain selter, di komplek hunian sementara berbasis perdukuhan itu juga rencananya akan dibangun berbagai fasilitas umum seperti, satu taman kanak-kanak, satu mosola, pasar kecil, dan kandang sapi.
Tigaratus unit selter yang dibangun pada tahap pertama bersama fasilitas umum tersebut direncanakan selesai dalam waktu tiga minggu sampai dengan satu bulan.
"Shelter-shelter ini dibangun di Posko Jenggala. Tetapi akan ditancapkan di daerah-daerah hunian yang sudah ditetapkan setelah status awas Merapi dicabut," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, Senin, (22/11/2010), usai peresmian peluncuran dan pembangunan selter di Poslo Jenggala, Wonosari Babadan, Wedomartani, Ngmplak, Sleman.
Shelter Berdinding Bambu dan Beratap Seng
Editor: Kisdiantoro
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger