Laporan Wartawan Tribun Manado, Lucky Kawengian
TRIBUNNEWS.COM, TONDANO - Virus flu burung yang menjangkiti unggas di Desa Panasen, Kecamatan Kakas Barat Kabupaten Minahasa dicurigai sebagai varian baru yang lebih ganas.
Anggota tim dari Balai Besar Veteriner Maros, Drh Faizal mengatakan pihaknya memang mencurigai virus yang menyebar ini varian baru jika dilihat dari gejala dan jenis unggas yang terserang. Menurutnya, kejadian bebek yang mati mendadak bisa menjadi indikasi serangan varian baru virus flu burung.
Dikatakannya, virus flu burung (H5N1) konvensional memang bisa menyerang dan mematikan ayam dan bebek. Namun, virus ini tidak akan menyebabkan kematian dalam skala besar bagi bebek. Sedangkan virus flu burung varian baru, yakni clade A1 (2.3.2.1) menyerang ayam dan bebek dengan kematian bebek dalam skala luas.
"Untuk gejala awal memang ada indikasi virus ini varian baru yang berdampak sangat besar bagi ternak ayam dan bebek. Namun hal ini masih dugaan awal karena harus dibuktikan dalam uji laboratorium," ujarnya, Rabu (14/8/2013).
Faizal mengakui kedatangan mereka untuk mengambil sampel dari ternak unggas yang terinfeksi virus flu burung. Menurutnya sampel ini akan diuji di laboratorium Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan.
Hasil akan diperoleh dalam waktu satu kali 24 jam dan ddilaporkan kepada Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut.
"Hasil yang didapat akan menjadi acuan langkah yang akan dilakukan untuk mengendalikan penyebaran virus flu burung di sini," ujarnya.
Menurut dia, bila dalam uji laboratorium didapati hasil virus flu burung di Desa Panasen adalah varian baru, maka Minahasa masuk dalam sedikit daerah yang terkena virus ini.
Sebelumnya varian baru virus flu burung ditemukan di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dia menjelaskan, sesuai prosedur penanganan yang harus diperhatikan masyarakat adalah biosecurity (keamanan) lingkungan. Selain itu perlu vaksinasi pada unggas yang sakit, depopulasi (pemusnahan populasi unggas) pada daerah yang terkena wabah, pengosongan kandang dan mengandangkan unggas.
Soal penolakan masyarakat memusnahkan semua populasi unggas di Desa Panasen, Faizal mengatakan pemerintah setempat harus melakukan pendekatan pada masyarakat agar mau memusnahkan unggas mereka. Menurutnya depopulasi ini masuk dalam pedoman pengendalian penyebaran virus flu burung.
Secara terpisah, Kepala Puskesmas Kakas Barat, Ria Tumiwa menjelaskan, setelah mendapat laporan unggas di desa tersebut positif flu burung, pihaknya langsung turun ke lokasi.
"Kami langsung turun lapangan untuk memantau kondisi warga, khususnya yang melakukan kontak langsung dengan unggas yang mati mendadak. Hasilnya tidak ada laporan warga yang menunjukkan gejala flu burung sejak kasus kematian ayam dan bebek ini," ujarnya.
Kendati demikian, Tumiwa mengimbau masyarakat tetap waspada dan memperhatikan gejala penyakit yang diderita. Menurutnya jika ada warga yang menderita demam disertai batuk dan sesak nafas harus segera memeriksakan diri di puskesmas atau rumah sakit. Diingatkanya, flu burung sangat berbahaya bagi manusia sehingga harus segera mendapat penanganan medis.