Zaini bersumpah kepada mereka. Keluarga Zaini pun percaya ayah mereka bukan pembunuh.
“Saya juga yakin, pengadilan Arab akan percaya saya. Sayangnya sidang belum pernah digelar,” katanya.
Menurut Zaini berkas pemeriksaan polisi hingga kini belum bisa disidangkan.
Pengadilan terus menolak menyidangkan karena bukti-bukti dan saksi kurang lengkap.
“Yang saya dengar, sudah beberapa kali (berkasnya) diajukan. Tapi ditolak pengadilan,” tuturnya.
Tentang kematian majikannya, Zaini menceritakan, di rumah majikannya ada tiga anak dan istri Abdullah.
Keluarga ini sudah lama tidak rukun. Masalahnya klasik, urusan warisan. Tak jarang ketika membahas warisan, mereka bertengkar hebat.
Zaini tidak mau berandai-andai apakah kematian Abdullah karena adanya perselisihan warisan dengan keluarganya.
Namun menurut dia, urusan warisan itulah yang membuat keluarga majikannya pecah. ”Saya tidak yakin karena warisan. Tetapi mungkin saja,” katanya.
Dari keterangan polisi, dia tahu penyebab kematian Abdullah adalah pukulan benda tumpul. Namun, dia tidak melihat langsung mayat Abdullah saat tergelak di rumahnya.
Menurut Zaini, tuduhan polisi jatuh padanya, karena polisi berdalih menemukan sidik jarinya menempel pada gagang pintu rumah.
Pada 2010, Zaini pernah dipertemukan ahli waris Abdullah. Bagi Zaini, momen itu adalah kesempatan untuk menunjukkan, bahwa bukan dia pelakunya.
Namun, tidak satupun keluarga Abdullah yang mengeluarkan suara. Polisi melarang mereka menjawab ucapan dan permintaan maaf dari Zaini.