TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Polrestabes Surabaya hingga kini masih terus menyelidiki, alur bocornya kunci jawaban Ujian Nasional (UN). Setelah melakukan pemeriksaan terhadap 18 siswa SMA Negeri 12 Surabaya, penyelidikan mengarah ke para alumni sekolah.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta mengatakan, saat ini pihaknya tengah menelusuri alumni-alumni sekolah, yang memperkenalkan siswa ke jaringan pembocor kunci jawaban UN.
”Kami kini menelusuri alumni-alumni yang mengenalkan para siswa itu pada jaringan ini,” kata Setija, saat berkunjung ke Harian Surya, Senin (21/4/2014) malam.
Ini sesuai dengan pengakuan R, siswa kelas 12 SMAN 12, yang menjadi saksi kunci dalam kasus bocornya kunci jawaban ini. Berdasarkan pengakuan R mendapat informasi tersebut dari kakak kelasnya.
Menurut R, kakak kelas itu juga memakai jasa jaringan ini saat UN. Itulah yang membuat R percaya, karena kakak kelasnya itu berhasil lulus UN dengan nilai yang baik. Kakak kelas R tersebut juga mendapat informasi dari kakak kelasnya. Demikian seterusnya.
Itulah mengapa, R dan teman-temannya telah mempersiapkan diri untuk mendapat kunci jawaban ini sejak Agustus 2013 tahun lalu.
Setija menjelaskan, pada Agustus tahun lalu, melalui perantara kakak kelasnya itu, R bertemu dengan jaringan penjual kunci jawaban UN, Gosok. Menurut Setija, pihaknya telah mengidentifikasi, jika terdapat dua jaringan penjual kunci jawaban UN. Yang pertama adalah Ganas, selanjutnya adalah Gosok yang merupakan sempalan dari Ganas. Anggota-anggota Gosok ini, sebelumnya adalah anggota Ganas.
”Semoga saja dalam waktu dekat ini bisa terungkap, kami berusaha semaksimal mungkin,” kata Setija.
Berbagai upaya telah dilakukan Polrestabes Surabaya untuk mengungkap jaringan ini. Di antaranya Setija menemui Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M. Nuh. Dalam pertemuan tersebut, Setija mengatakan M Nuh mendukung polisi untuk menelusuri jaringan ini hingga tuntas.
”Mendiknas mendukung, karena sebelumnya hanya rumor saja. Seperti di Bandung dan Jember, rumornya ada kunci jawaban ternyata tidak terbukti. Sedangkan di Surabaya, terbukti ada kunci jawaban,” jelas mantan Kapolres Sidoarjo itu.
Ditanya apakah dalam pertemuan dengan Mendiknas ada wacana Unas ulang di Surabaya, jika terbukti kunci jawaban itu adalah benar, Setija mengatakan pembicaraanya tidak sampai ke arah sana.
”Pembicaraan kami tidak sampai mengarah ke UN ulang,” kata Setija.
Hingga saat ini belum ada tersangka yang ditetapkan polisi, usai memeriksa 18 siswa SMAN 12 Surabaya. Menurut Setija, semua siswa masih berstatus saksi dalam kasus ini.
Nantinya polisi juga berencana akan memeriksa koordinator beberapa sekolah, yang menurut pengakuan R juga menggunakan kunci jawaban, sama seperti dirinya.