TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Kemarin, Kamis, (29/5/2014), genap sewindu lumpur Lapindo menyembur di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Selama delapan tahun menyembur, ribuan rumah dan gedung terkubur.
Sampai saat ini sudah 33 gedung sekolah termasuk dalam daftar pengisi dasar lautan lumpur itu.
“Sekolah saya dulu persisnya ada di mana kira-kira, itu saja sudah lupa”, kata Khobir sambil memandang hamparan luas lumpur Lapindo, Senin (26/5/2014).
Hamparan luas lumpur itu mengubur empat desa berikut semua isinya.
Yang tersisa hanyalah kenangan Khobir pada masa-masa di sekolah dulu. Kenangan pada teman dan guru-gurunya.
Khobir kini tergabung dalam komunitas KLM (Korban Lumpur Menggugat).
Surya menemui Khobir di sela-sela kesibukannya mempersiapkan acara peringatan Sewindu Lumpur Lapindo di sekitar tanggul.
Khobir berharap luapan lumpur yang disebutnya sebagai tragedi itu segera berakhir.
Harapan serupa diucapkan Ali Mas’ad, Kepala MA Kholid Bin Walid.
Harapan Ali Mas’ad ini biasanya juga diwujudkan dalam bentuk doa bersama.
Setiap musim kelulusan siswa, Ali selalu mengajak anak didiknya yang baru lulus sujud syukur di tanggul lumpur, tepatnya di lokasi sekolahnya yang telah terkubur.
”Kami hanya bisa berdoa semoga tragedi ini bisa berakhir,” katanya.
Ali maupun Khobir berharap sekolah-sekolah yang masih tersisa di seputar kawasan lumpur tidak menjadi korban lumpur berikutnya.
Tercatat sudah 33 gedung sekolahan yang lenyap. Sekolah-sekolah yang tinggal menjadi cerita duka itu tersebar di enam desa. Siring, Reno Kenongo, Kedung Bendo, Jatirejo, Pejarakan, dan Besuki.
“Semuanya gedung SD. Tidak ada sekolah lanjutan,” kata Mustain Baladan, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Rabu (28/5/2014).
Sekolah-sekolah yang tutup sebagian digabung dengan sekolah terdekat yang belum tersentuh lumpur.
Mustain Baldan tidak tahu, sampai kapan sekolah-sekolah itu bisa bertahan. Yang pasti bayang-bayang tamat sudah semakin dekat.
Selain berpotensi menyusul ditenggelamkan lumpur, sekolah ini juga mulai kehabisan murid.
Penduduknya secara bergelombang telah hijrah, menjauhi lumpur yang telah menjadi gunung dan terus menyembur