Laporan Udin Dohang
TRIBUNNEWS.COM, BONTANG - Persaingan usaha perikanan tangkap di Kota Bontang, makin memanas. Selasa (10/6), puluhan nelayan kecil yang merasa dirugikan dengan masuknya kapal-kapal penangkap ikan dari Donggala- Sulawesi Tengah, menjual ikan Bontang, mengadu ke kantor DPRD Bontang.
Mereka mendesak DPRD untuk turun tangan melakukan pengawasan persaingan usaha perikanan tangkap yang dinilai nelayan kecil di Bontang.
"Kami minta DPRD turut mengawasi persaingan harga ikan yang tidak sehat di Bontang. Sebelum menimbulkan masalah antar nelayan," ujar Thamrin, salah satu perwakilan nelayan saat mengadu ke DPRD Bontang
Ia mengungkapkan, sejak masuknya nelayan dari Donggala menjual ikan di Bontang, harga komoditas ikan menjadi tidak stabil yakni cenderung mengalami penurunan.
Hal ini terjadi lantaran para nelayan dari Donggala yang menggunakan kapal jaring besar melego hasil tangkapan dengan harga yang sangat murah
Harga ikan tongkol misalnya, yang normalnya dijual oleh nelayan lokal sekitar Rp 15.000 per Kg, oleh para nelayan dari luar Kaltim hanya kisaran Rp 7000 per Kg.
Kondisi ini praktis merusak persaingan harga ikan yang selama ini menjadi patokan nelayan lokal.
"Kalau diminta bersaing secara sehat jelas tidak mungkin karena mereka nelayan besar yang tangkapan memang banyak hitungan ton, sementara kita hanya hitungan 1-2 basket, itu pun kalau ada hasil" ungkapnya.
Senada, Jamaluddin nelayan pemancing yang tinggal di bilangan Berbas Tengah mengatakan sejak masuknya kapal nelayan dari Donggala ke Bontang, penghasilan mereka menurun drastis.
Bahkan tidak jarang hasil tangkapan dari memancing ikan semalaman di laut tidak mencukupi untuk mengganti biaya operasional.
"Kalau dulu kita dapat tongkol 30 Kg, sudah bisa nutup ongkos jalan. Sekarang hitungan justru rugi," papar Jamaluddin.