TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Meski peminat haji badal cukup tinggi, banyak KBIH yang tidak berani menerima secara massal.
Mereka umumnya, terbentur problem, sulitnya mencari orang atau petugas badal.
KBIH Mabruro, misalnya, tahun ini hanya berani menerima pendaftar 30 haji badal.
Jumlah ini disesuaikan dengan jumlah petugas, pembimbing, yang dimiliki.
Mereka inilah yang menjadi langganan pelaksana badal.
Di luar itu, KBIH ini mengandalkan para guide (pemandu) umrah yang sudah menjadi langganan.
Mereka ini, orang-orang Indonesia yang bermukim di Arab Saudi.
“Biasanya, menjelang ibadah haji, mereka tidak pulang ke Tanah Air. Selama di tanah suci itu, mereka kami manfaatkan untuk membadali,” terang Staf Urusan Haji KBIH Mabruro, Ichwan Abdilah.
Ichwan menambahkan, Mabruro mempunyai orang kepercayaan di Makkah yang bernama Abdulrachman.
Dia mempunyai kelompok guide yang selalu berhubungan dengan Mabruro.
Secara teknis, Mabruro lebih dulu mendata jumlah dan nama-nama orang yang akan dibadalkan.
“Persyaratannya, cukup menyerahkan nama orang yang akan dibadalkan. Jangan lupa bin atau binti, karena itu berkaitan dengan niat yang melaksanakan ibadah,” tambahnya.
Mabruro menjamin, satu permintaan badal akan dilaksanakan oleh satu orang.
Sepulang dari tanah suci, orang yang dibadalkan juga mendapatkan sertifikat haji. Persis seperti jamaah haji yang berangkat sendiri.