Sungguhpun tidak sebanyak estimasi KPA nasional, angka penderita HIV/AIDS yang mencapai 9400-an itu dinilai sudah sangat mengkhawatirkan. Terutama jika jumlah penderita sebanyak itu dibandingkan dengan jumlah penduduk Bali yang hanya sekitar 4 juta jiwa. Apalagi, mayoritas penderita HIV/AIDS adalah usia-usia produktif , yakni 20-29 tahun (sebanyak 3812 kasus) dan 30-39 tahun (3582 kasus).
Selain itu, kasus HIV/AIDS itu seperti fenomena gunung es, yang tampak kecil di permukaan tapi di bawah permukaan (yang tidak tercatat secara resmi) sesungguhnya lebih besar.
Dikatakan Suarjaya, setiap tahun Dinas Kesehatan (Dinkes) melakukan uji sampling HIV/AIDS terhadap 2000 orang. Dari jumlah itu, sekitar 400 orang atau 20 persennya terbukti positif HIV/AIDS. Itu berarti angka penyebaran terpantau masih tinggi.
Sejumlah program terbaru yang kini terus diintensifkan, jelas Suarjaya, di antaranya adalah mendeteksi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Oleh karena itu, di Bali saat ini semua ibu hamil disarankan untuk melakukan tes HIV.
“Jika diketahui positif, maka bisa dilakukan langkah pencegahan dengan pemberian obat ARV (Anti Retro Viral) sejak dini. Dengan demikian, diharapkan peluang untuk menularkan kepada anaknya tidak terjadi,” ungkap Suarjaya.
ARV kini sudah tersedia di sejumlah layanan kesehatan seperti puskemas dan rumah sakit daerah. Obat itu diberikan secara gratis.