Menurut Awang, anggaran sebesar Rp 52 miliar untuk Braga dan RE Martadinata merupakan penghamburan biaya. "Saya pikir Pemkot kurang tepat dalam menentukan prioritas, padahal masih banyak infrakstruktur yang memerlukan perbaikan dan perhatian segera," ujar Awang.
Apalagi menghadapi musim hujan saat ini, lanjut Awang, masih banyak titik-titik yang rawan terjadi banjir cileuncang, sehingga seharusnya pembangunan difokuskan untuk mengantisipasi permasalahan banjir yang selalu terjadi setiap tahun dan sudah dapat diperkirakan titiknya.
Awang mengatakan, perbaikan pun terkesan dipaksakan, sehingga kualitas pekerjaannya harus dipertanyakan apa sesuai dengan standar teknis.
"Material yang dipakai pun saya pikir terlalu berlebihan, material granit membebani APBD berkali lipat dari material yang biasa dipakai untuk trotoar," ujarnya.
Awang mengatakan, dewan akan melakukan tinjauan ke lapangan untuk memastikan pekerjaannya dapat selesai tepat waktu dan tidak asal-asalan.
Menurut Awang, Pemkot lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang hanya bersifat perbaikan estetika, tanpa kajian yang lebih dalam. Belum tentu trotoar yang diganti akan meningkatkan kenyamanan wisatawan atau pengunjung di lokasi tersebut. "Tidak ada dampak bagi masyarakat Kota Bandung yang masih bergulat dengan masalah- masalah yang lebih mendasar," ujar Awang.
Pantauan Tribun di lapangan, menunjukkan, sejumlah pekerja masih memperbaiki trotoar di kawasan Braga. Namun, box culvert (gorong-gorong) hampir seluruhnya terpasang. Masih ada beberapa yang belum terpasang.
Untuk trotoar masih terlihat gundukan tanah di atas trotoar. Lubang bekas galian pun belum tertutup. Namun, tanah yang beberapa waktu lalu sempat menggunung, bahkan meluber hingga ke tengah jalan kini tampak berkurang. Hanya sedikit saja gundukan tanah yang menggunung dan sudah ada di atas trotoar.
Beberapa curvet box yang belum terpasang pun masih berada di atas trotoar Jalan Braga. Beberapa pekerja pun masih menggali trotoar. Trotoar yang belum beres menyulitkan pejalan kaki untuk melintas.
Salah seorang warga, Lusy Meilani (24) mengatakan, belum selesainya trotoar di kawasan tersebut menyulitkan bagi dirinya untuk berlalu lalang. Sebab ia yang bekerja di tempat yang tak jauh dari Jalan Braga selalu menyempatkan diri untuk beristirahat ke kawasan Braga.
"Kalau jalan, harus lewat pinggir dulu, belum lagi kalau masuk ke tempat makannya susah," ujar pegawai swasta ini.
Berkaitan dengan rencana Pemkot mengganti trotoar menggunakan granit ia pun mendukungnya. Terlebih apabila pergantian dengan granit ini bukan saja di Jalan Braga, melainkan di seluruh trotoar jalan se-Kota Bandung.
"Kalau cuma di sini (Braga) terus nanti di yang lainnya gimana? Masa mau beda-beda," ujar warga Kalipah Apo ini.
Warga lainnya, Koeshendar (40) mengatakan, apabila nantinya trotoar diganti dengan granit, trotoar tersebut perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebab, menurutnya, rata-rata trotoar di Kota Bandung digunakan bukan untuk semestinya.
"Kalau udah diganti ya jangan ada yang jualan lagi, terus jangan sampai nanti kalau macet motor sampai naik-naik ke trotoar," ujar pegawai swasta ini. (tsm/cr1)