Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Lampung Ferynia mengatakan, pihaknya hanya menerima laporan BPS tentang impor gula di Lampung. Mengenai berapa perusahaan pemegang izin impor, Ferynia mengaku tidak tahu.
"Dinas Perdagangan hanya tahu jumlahnya. Tetapi siapa yang mengimpor, tidak ada datanya," ujarnya.
Ferynia menuturkan, saat ini dirinya belum tahu apakah gula impor ini rafinasi atau bukan. Tetapi, jika merupakan gula rafinasi maka artinya Lampung mengalami peningkatan industri.
"Kami tidak melihat ada gula rafinasi masuk di pasaran. Harga gula saat ini stabil. Kalau gula rafinasi masuk, secara umum akan menurunkan harga gula di pasaran. Tetapi sekarang, harganya masih stabil. Itu berarti tidak ada gula rafinasi yang masuk ke pasar," katanya, Kamis.
"Untuk mengantisipasi ini kami sudah menyusun per grup tentang pengendalian produk barang impor, termasuk gula. Akan mulai kami berlakukan Januari 2015. Jadi, kalau ada barang-barang impor termasuk gula di Provinsi Lampung kami harus tahu. Kalau selama ini kami tidak tahu," ujarnya.
Tidak Laku di Pasaran
Sementara itu, sejumlah toko kelontongan di Bandar Lampung tidak memperjualkan gula impor. Mereka msih menjual gula lokal dengan harga relatif terjangkau. Kebanyakan gula yang mereka perjualkan merupakan gula lokal.
Yono, pemilik toko kelontong di Pasar Korpri, mengatakan, saat ini ia hanya menjual gula produk lokal, karena harganya masih termasuk murah. "Saya jual gula pasir curah lokal dengan harga Rp 11.000 per kilogram," ujar Yono, Kamis.
Yono mengakui, pada 2012 lalu pernah menjual gula impor dari Thailand. Tapi, tak bertahan lama karena kurang laku meskipun harganya relatif lebih murah. "Gula impor tekstur warnanya lebih gelap. Terlalu lembut serta kurang manis," kata dia.
Hal serupa diungkapkan Abang, pemilik toko kelontong di Jalan Purnawirawan. "Saya menjual gula pasir curah lokal," ungkap pemilik toko Karim.
Pemilik toko grosir di Tikungan Stasiun (Totista), Bram, juga hanya menjual gula pasir lokal. Bram mengaku pernah menjual gula impor. Tetapi, tidak laku. "Memang gula impor harga lebih murah akan tetapi kualitas jelek. Jadi, harus dioplos dengan gula yang bagus jika ingin menjualnya," tutur Bram.(ben/det)