"Sampai sekarang kita (peneliti) belum tahu seperti apa rencana itu. Masih wacana," jelasnya
Nurhadi mengatakan pertemuan tersebut digagas oleh Irene. Selaku Kadisbudpar Irene juga tidak setuju atas rencana BOT Bukit siguntang tersebut.
Karena itu ia mengumpulkan para peneliti dan sejarahwan untuk meminta pendapat atas usulan tersebut. "Saya lihat bu Irene menolak, yang lain juga menolak," ujarnya
Adanya rencana BOT Bukit Siguntang tersebut membuat Nurhadi bingung karena wacana mengubah wajah Bukit Siguntang tersebut akan perlahan mengikis sejarah Kerajaan Sriwijaya yang ada di sana.
Sementara Gubernur Sumsel, Alex Noerdin sempat meminta kepadanya agar terus melakukan penelitian untuk memperkuat bukti-bukti Kerajaan Sriwijaya.
"Salah satu penelitian di sana bahkan dibantu gubernur. Gubernur ingin mengungkap sejarah Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang," terangnya
Selain itu pengubahan nama Bukit Siguntang menjadi Parameswara Heritage akan berdampak buruk bagi sejarah Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang.
Selama ini orang mengenal Bukit Siguntang sebagai tempat bersejarah. Apalagi nama tersebut bertujuan untuk komersil.
"Pastinya akan mengubah pandangan masyarakat, tidak bisa seperti itu (mengubah nama)," lanjut Nurhadi
Dikhawatirkannya sejumlah peninggalan juga turut hilang seperti batu bata struktur candi.
Selain itu, penelitian lebih lanjut juga akan mengalami kesulitan padahal masih banyak bukti-bukti sejarah yang perlu diungkap.
Selama penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Palembang di Bukit Siguntang Nurhadi mengungkapkan telah banyak menemukan bukti-bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti Arca Budha ukuran besar yang sekarang berada di museum serta prasasti.
Pada tahun 90an Balai Arkeologi juga menemukan sisa-sisa bangunan dan keramik dari abad kedelapan hingga abad ke 10.
Saat ini Balai Arkeologi tengah menyiapkan untuk melakukan penelitian sisa bangunan dari abad ke-7.
"Untuk membuktikan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 berada di palembang," ujarnya. (wan/and/bbn)