TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Semarang KH Musyafak mengaku bahwa dirinya bersama beberapa peserta muktamar lainnya tidak bisa keluar dari Ponpes Tebuireng yang merupakan markas dari Calon Ketua Umum PBNU KH Solahudin Wahid.
"Saya tidak boleh keluar, kalau memaksa keluar Id card saya diambil. Intinya saya dan kawan-kawan tidak boleh ke alon-alon. Padahal banyak yang ingin mengikuti sidang pleno terakhir untuk memilih ketua umum PBNU yang baru," ujar Musyaffak dalam keterangannya, Rabu (5/8/2015).
Menurut Musyafak, dirinya meminta izin keluar Ponpes tetapi dilarang. Akibatnya, lanjut Musyafak, banyak peserta yang takut untuk keluar.
"Saya kasian teman-teman yang belum bisa keluar, mereka hanya berdiri-berdiri di sana. Sebab, kami tadi hanya diajak rapat di lantai 3 yang katanya untuk muktamar tandingan, dan mujahadah. setelah itu ya kami duduk-duduk dan menunggu agar kami bisa keluar," terang Musyafak.
Terkait Muktamar tandingan yang diberitakan di media online sedang digelar oleh kubu yang kecewa di Tebu Ireng, Musyafak membenarkan bahwa sebelumnya dirinya diajak untuk pertemuan di lantai 3 yang kemudian disebut sebagai muktamar tandingan.
"Misalnya dari Jawa Tengah, yang hadir dari wilayah hanya ketua PWNU tanfidziyahnya, ketua syuriah dan wakil-wakilnya juga tidak nampak. Oleh karena itu, banyak yang ingin ke alon-alon, tapi pas mau keluar kok tidak boleh. Saya bisa keluar karena alasan mau ke penginapan," papar dia.
Musyafak meminta agar semua pihak siap menang dan siap kalah jika berani berkompetisi. Dia meminta masing-masing kubu legowo dengan hasil dan realitas politik yang ada serta tidak memaksakan kehendak hanya karena ingin menjadi pemenang.