Padahal, menurut Shinta, menjadi waria itu adalah takdir yang telah digariskan Tuhan dan manusia tidak bisa mengelak saat terlahir menjadi seorang waria.
Di sisi lain waria tetap lah manusia yang mempunyai hak untuk dekat dengan Tuhan, belajar agama dan beribadah.
Di dalam menjalankan ibadah, para waria dibebaskan sesuai dengan kenyamanan hati mereka masing-masing.
Ada waria yang hatinya nyaman mengenakan mukena namun ada juga yang lebih nyaman mengenakan sarung.
"Di sini dibebaskan memilih sesuai dengan kenyamanan hati mereka. Ada yang nyaman dengan mukena ada yang dengan menggunakan sarung," ucapnya.
Harapannya dengan keberadaan pondok pesantren Al-Fatah ini dapat membentuk karakter waria yang Islami dan takwa kepada Tuhan.
"Tujuannya membentuk waria yang beraga muslim semakin Islami. Lalu kita berharap agar pemerintah dapat memberikan hak yang sama," ujarnya berharap. (Kompas.com/Wijaya Kusuma)