Laporan Wartawan Tribun Jambi, Awang Azhari
TRIBUNNEWS.COM, MUARA BUNGO - Banjir bandang di Kecamatan Pelepat, Kabupaten Muara Bungo, Provinsi Jambi masih menyisakan trauma mendalam bagi warga.
Banjir besar itu bukan hanya memporakporandakan perkampungan namun setidaknya lima sekolah dasar lumpuh.
Alhasil, seluruh aktivitas pendidikan kini terbengkalai. Kondisinya memang sangat memprihatinkan, seperti SDN 121, SDN 132, SDN 123, sementara SD 63, SD 171 tak begitu terdampak namun kini digunakan untuk mengungsi.
Sekolah-sekolah yang terkena banjir dengan tinggi tiga meter itu kini tertutupi lumpur 15 sampai 30 cm.
Selain itu kondisi bangku dan peralatan sekolah juga porak poranda, sama sekali tak terselamatkan karena banjir bandang terjadi di malam hari.
Pihak sekolah dan warga juga belum bisa membersihkan ruang kantor maupun ruang belajar, mengingat trauma mendalam masih menghantui mereka di pengungsian.
"Sekarang seluruh siwa diliburkan, kecuali SD 171 Peduku, karena posisi SD tidak kena banjir, walaupun bergabung dengan pengungsi cuma proses pendidikan masih bisa jalan di sana," kata seorang warga, Siti Aisyah, kemarin.
Sementara beberapa guru yang ditemui, seperti guru SDN 121 menyebut proses pendidikan di semua SD itu coba dijalankan terutama untuk siswa kelas VI, mengingat anak-anak bentar lagi UN.
"Sekarang kita bawa siswa kelas akhir ini belajar di rumah-rumah guru, jangan sampai ketinggalan karena UN sebentar lagi," tutur eorang pengajar yang menganakan jilbab tersebut.
Soal ini, Kepala UPTD Kecamatan Pelepat, Evta Wajidi, menyampaikan keprihatinan mendalam, ia berharap seluruh perangkat SD di sana membangun kebersamaan dengan meminta sumbangan dari siswa yang tidak terkena musibah, untuk memberi bantuan dalam bentuk baju bekas maupun makanan.
"Kalau bantuan bisa dikumpulkan, bisa diserahkan kepada anak yang menjadi korban. sedikit banyak pasti meringankan beban mereka," urai Evta.
Kemudian soal anak yang kini ada di pengungsian, juga harus mendapat perhatian, mereka harus tetap dididik dengan seluruh perlengkapan yang masih dimiliki. Jangan sampai dibiarkan begitu saja.
"Yang paling penting bagaimana mengobati trauma untuk anak yang menjadi korban. Peran guru sangat kita harap," pungkasnya.
Diketahui banjir bandang menerjang Kecamatan Pelepat Kamis pekan lalu. Banjir ini terparah sepanjang sejarah. Bahkan sedikitnya 30 rumah rata dengan tanah dan banyak ternak seperti kerbau, sapi serta kambing tersapu hanyut.
Hingga kini warga masih diungsikan. Pemkab sendiri berencana akan memindahkan pemukiman warga dua desa yang paling parah terkena banjir. (*)