TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK – Satu lagi langkah maju lagi dilakukan manajemen PT ITDC (International Tourism Development Corporation), pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Mandalika, Lombok.
Terutama dalam hal penyediaan energi listrik untuk kawasan seluas 1.200 hektar yang diharapkan menjadi pengungkit amenitas pariwisata yang terintegrasi di Pulau Lombok, NTB itu.
“Kami sepakat dengan Pertamina EBT (Energi Baru dan Terbarukan) untuk menyiapkan 50MW melalui PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya),” ujar Abdulbar Mansoer, Dirut ITDC Mandalika, Rabu, 13 April 2016.
Pasokan listrik memang menjadi persoalan krusial di kawasan industri yang membutuhkan energi besar itu. Saat ini Mandalikan masih cukup dengan daya 5MW saja. Tetapi, kalau sudah 100 persen terisi, kapsitas listrik yang diperlukan 5 kali lipat, yakni 25 MW.
“Tapi, biar aman, kami akan memproduksi 50 MW, untuk hotel, cottage, perkantoran, restoran yang ada di kawasan. Sisa kapasitasnya, akan disalurkan ke Grid PLN guna menambah pasokan listrik Lombok Tengah,” ungkap Berry, panggilan Abdulbar Mansoer.
Teknologi tenaga surya atau solar cell memang paling diimpikan oleh banyak pengguna, karena teknologinya ramah lingkungan. Bukan menggunakan bahan baku fosil, seperti batu bara, solar, dan bensin, yang kalaiu sudah habis mungkin memprosuksi lagi.
“Kami menggunakan solar cell, tenaga cahaya matahari, yang bisa kita dapat dengan mudah termasuk di Mandalika,” jelas dia.
Pembangkit itu nanti akan merupakan Joint Venture (JV), antara Pertamina EBT sebagai investor dengan ITCD Manadalika. Kontribusi share ITDC dalam bentuk tanah seluas 40 hektar.
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 94 95 96 97 Kurikulum Merdeka, Uji Kompetensi Bab 3 - Halaman all
15 Latihan Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Bab 2 Kurikulum Merdeka, Di Bawah Atap
10 Latihan Soal & Kunci Jawaban IPS Kelas 9 SMP Bab 1, Interaksi Antarnegara Asia dan Negara Lainnya
Power Purchase Agreement (PPA) antara keduanya sudah ada dan sudah disepakati. “Cost pembangunan PLTS itu sudah dibicarakan antara kedua belah pihak.
Termasuk komposisi sahamnya juga masih proses pembicaraan. Tahun 2016 ini joint venture itu sudah terbentuk dan sudah ground breaking,” kata Berry.
Dia juga menjelaskan, pihaknya sudah menghitung nilai keekonomian menggunakan model PLTS. Bagi ITDC, itu adalah additional non-core business revenue, disamping mengoptimalkan tanah-taah di lokasi non strategis.
Seperti diketahui, tanpa supplay energi yang cukup, tidak mudah bagi ITDC untuk mengoptimalkan kawasan amenitas untuk pengembangan pariwisata.
Ketua Pokja Percepatan 10 Top Destinasi Kemenpar, Hiramsyah Sambudhy Thaib juga menambahkan soal listrik memang harus segera menemukan solusi cepat dan cerdik.
Mengingat, aminitas itu juga mengkonsumsi listri yang tidak sedikit. Dari target konservatif tahun 2016 ini, ITDC merencanakan untuk membangun 90 ha, termasuk infrastruktur.