Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Anggota Satreskrim Polresta Denpasar sudah menahan Bunga, nama samaran, gadis 14 tahun yang membuang orok di Klinik Penta Medica.
Ia menggugurkan kandungan setelah menerima pesan melalu BlackBerry Messenger dari sang pacar yang menganjurkan Bunga memakan nanas.
Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Reinhard Nainggolan, Kamis (21/4/2016), mengatakan pada Kamis lalu sekitar pukul 21.00 Wita, perut Bunga sakit seperti hendak buang air besar.
"Pelaku sempat bolak balik ke kamar mandi tetapi tidak bisa juga membuang air besar, sekitar pukul 04.00 Wita, keesokan harinya, pelaku mengatakan kepada bapaknya jika perutnya sakit kembung dan keras," cerita Reinhard.
Bapak Bunga hanya megoleskan minyak kayu putih saja. Lalu, tante Bunga mengantarnya ke Klinik Penta Medika untuk memeriksakan keponakannya itu dan tiba pukul 12.00 Wita.
Bapak Bunga yang lebih dulu tiba lalu mendaftarkan anaknya di meja registrasi dan petugas meminta mereka menunggu sampai dipanggil.
Lantaran perut Bunga semakin sakit, maka orangtuanya kembali mendatangi perawat dan meminta segera anaknya ditangani.
"Di ruang UGD pelaku langsung rebahan di tempat tidur rumah sakit. beberapa saat kemudian datang dokter memeriksa pelaku. Setelah diperiksa, pelaku langsung ke kamar mandi karena perut pelaku semakin sakit. Di kamar mandi pelaku sudah keluar darah dari alat kelaminnya, tetapi sedikit. kemudian pelaku kembali rebahan di tempat tidur lagi," ungkap dia.
Beberapa saat Bunga merasa sakit di perutnya dan kembali masuk ke kamar mandi di UGD. Saat itu Bunga merasa sakit di alat vitalnya, tiba-tiba keluar bayi dan ia memegangnya menggunakan tangan kiri.
"Pelaku sempat diam sesaat karena kaget dan setelah itu bayinya bergerak dan dibuang ke tempat sampah," jelas Reinhard.
Tantenya sempat mengetuk pintu kamar mandi yang dipakai Bunga dan ia menjelaskan sedang datang bulan. Sebentar kemudian bapak Bunga mengetuk pintu dan memberikan tisu sebagai pembalut.
Sementara Bunga masih di dalam kamar mandi, tantenya keluar klinik membeli pembalut setelah itu menunggu Bunga di ruang tunggu depan.
Setelah tantenya datang, bapak Bunga menyuruh anaknya memakai pembalut di kamar mandi lalu mereka pulang k erumah.
"Dari data pasien masuk itulah kami akhirnya bisa menungkap kasus ini," beber dia.
Berdasar pemeriksaan saksi-saksi dan olah TKP, toilet UGD tidak bisa digunakan sembarangan orang, sehingga mereka yang menggunakan adalah pasien rumah sakit.