Mayat yang ditemukan di Situbondo adalah Ismail Hidayah. Sebelum dihabisi, Dimas Kanjeng memerintah para sultannya menculik Ismail yang asli Situbondo dari rumahnya.
Ia dihajar habis-habisan oleh delapan orang di sebuah areal persawahan hingga tewas dijerat menggunakan tali. Ketika penganiayaan berlangsung, Ismail yang juga menguasai ilmu bela diri berusaha melawan.
Upaya yang dilakukan Ismail sia-sia karena diserang dari segala penjuru oleh oleh beberapa orang, sementar yang lain menjerat lehernya menggunakan tali dari belakang.
Dalam kondisi terjatuh, korban Ismail langsung diinjak-injak dan jeratan di leher ditekan semakin kuat. Korban yang sudah tewas lalu dibawa para sultan menggunakan mobil.
Mayat korban dikubur di sekitar hutan di Tegalsrono, Probolinggo. Setelah beberapa hari baru ditemukan warga setelah makamnya disantap anjing.
"Yang jelas Ditreskrimum Polda Jatim terus bekerja untuk menguak pembunuhan dua korban ini," kata Kombes Argo.
Dalam penanganan perkara pembunuhan uang yang diotaki Dimas Kanjeng, Polda Jatim membentuk dua tim. Tim pertama diisi personel Subdit Jatanras dan tim kedua disi personel Subdit Uang Palsu dan Tindak Pidana Pencucian Uang Ditreskrimsus Polda Jatim.
"Dalam tim ini Bidang Propam Polda Jatim juga dilibatkan. Tim ini di bawah naungan Ditreskrimum" tandas Argo Yuwono.
Perwira tiga melati di pundak ini menambahkan tim Upal dan TPPU akan mencari uang palsu yang ada di padepokan. Karena jumlah uang sangat banyak sehingga harus dipilah untuk menentukannya.
"Alat yang ada semuanya siap dan Selasa (27/9/2016) dilakukan rekonstruksi pembunuhan," jelas dia.
Pascapenangkapan, Dimas Kanjeng terus diperiksa penyidik untuk mengungkap pembunuhan berantai ini. Tak lama lagi polisi juga membongkar padepokannya. Mengingat jumlah orang yang menaruh uang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji sudah mendapat informasi uang milik Dimas Kanjeng dititipkan kepada seseorang di Jakarta. Jumlahnya mencapai Rp 1 triliun yang kini terus diselidiki penyidik.