"Anak saya juga masih menyimpan tisu yang ada darahnya, katanya darah yang di tisu itu akibat pengroyokan," sebut Supri.
Pria yang tinggal di Perumahan Taman Wisata Waru, Sidoarjo ini mengaku, anaknya mengalami tekanan mental dan takut.
Penyebabnya, karena mendapat ancaman dari teman-temannya supaya tidak melapor ke siapa pun soal pengeroyokan.
"Anak saya diancam oleh teman-temanya mau dihabisi kalau lapor ke orang lain, ini yang membuat takut," aku Supri.
Lantaran takut, lanjut Supri, NR tidak mau masuk sekolah hingga Selasa (8/11/2016).
Alasannya, karena ancaman dari teman-temannya yang belum bisa hilang dari ingatan NR. Akhirnya, peristiwa ini dilaporkan ke Polsek Gayungan Surabaya, Selasa (8/11/2016).
Sebenarnya, Supri sudah melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah pada Sabtu (5/11/2016) lalu. Saat itu, diterima oleh wali sekolah dan perwakilan guru bimbingan konseling (BK) SMKN 3 Surabaya.
"Saat itu dijawab akan diselesikan secara damai," aku Supri.
Supri mengaku, dirinya sebenarnya tidak mempermasalahkan jika anaknya melakukan kesalahan dan mendapat hukuman dari sekolah atau guru.
"Saya tidak apa-apa jika anak saya dipukul karena melakukan kesalahan," jelas Supri.
Kapolsek Gayungan Kompol Esti Setija Oetami mengatakan, kejadian ini sebenarnya sudah diselesikan pihak sekolah dan telah didamaikan.
"Saya sudah ditelpon guru sekolah (SMKN 3) dan sudah didamikan," kata Esti.
Esti mengaku belum menerima laporan jika orangtua korban melaorkan kejadian ini ke Polsek Gayungan. Jika, memang melapor, maka akan ditindaklanjuti.
"Nanti akan dilakukan visum dan pemeriksaan untuk dimintai keterangan," kata Esti.
Selain meminta keterangan ke korban, lanjut Esti, pihaknya juga bakal meminta keterangan dari saksi-saksi lainnya. Sehingga keterangan yang diperoleh dalam peristiwa ini lengkap.
Langkah lainnya, polisi bakal mengunjukngi sekolah. Tujuannya, untuk menyelesiakan kasus ini. fat