Tambahan masjid megah dan dua ruang belajar untuk pesantrennya ia anggap sebagai bagian dari upaya penanggulangan terorisme yang tidak bisa dilakukan secara kilat tersebut.
“Radikalisme dan terorisme tidak terjadi mendadak, ia juga tidak akan habis dengan tiba-tiba, ada proses panjang yang perlu dilalui (untung menghabisi terorisme),” ujarnya.
Secara lebih spesifik, pria yang dikaruniai 10 anak ini memberikan penekanan khusus kepada pentingnya melindungi anak-anak dari bahaya radikalisme dan terorisme.
“Saat ini, di sini saja, sudah ada 70 anak yang orang tuanya terlibat jaringan terorisme, baik langsung maupun tidak langsung. Saya dirikan pesantren ini untuk selamatkan anak-anak itu,” jelas Ghazali.
Anak-anak –terutama dengan orang tua yang memiliki keterkaitan dengan terorisme— dipandangnya sangat rawan terpapar radikalisme dan terorisme. Doktrin utama yang biasa diberikan orang tua kepada anak-anaknya untuk menjerat mereka dalam kubangan terorisme adalah dalih birul walidain, yakni perintah untuk mematuhi orang tua.
Hal ini yang diakuinya membuatnya serius untuk menyelamatkan anak-anak melalui pesantren yang ia kelola untuk anak-anak dari keluarga teroris. Hal utama yang ia lakukan adalah dengan memberikan pemahaman keagamaan yang baik kepada anak-anak tersebut.
Sehingga ketika besar nanti, mereka bukan saja terhindar dari bahaya radikalisme dan terorisme, tetapi juga bisa mengajak orang tua mereka untuk menyadari kesalahan dan kembali ke jalan yang benar.
“Anak-anak ini nantinya akan tahu bahwa jihad itu membangun, bukan menghancurkan. Melalui pendidikan yang benar, anak-anak dari keluarga teroris akan mengerti bahwa jihad yang dilakukan oleh orang tua mereka salah,” paparnya.
Selain dihadiri para pejabat eselon I dan II BNPT, turut hadir pula dalam peresmian tersebut yakni Anggota Komisi III DPR RI yang juga bertindak sebagai Ketua Pansus RUU Terorisme Muhammad Syafi’i, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Gubernur Sumut Erry Nuradi, Kapolda Sumut Irjen Pol. Rycko Amelza Dahniel, dan sejumlah pejabat pemerintah daerah setempat.
Usai meresmikan masjid, Kepala BNPT berserta rombongan juga berkesempatan meninjau ruang kelas Pondok Pesantren Al-Hidayah. Setelah itu seluruh hadirin melakukan Sholat Jumat di Masjid Al-Hidayah yang luas dan bisa menampung sebanyak 1.500 jamaah. Dalam sholat Jumat tersebut Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA bertindak sebagai imam dan khotib.