TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Banyuwangi serius untuk mengembangkan destinasi wisata baru kampung cokelat.
Wisata baru ini direncanakan akan dikembangkan di Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.
Bahkan untuk mewujudkan itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, studi langsung ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) di Jember, Kamis (6/4/2017).
Puslitkoka dipilih karena di tempat tersebut, terkenal sebagai pusat pengembangan olahan kopi dan cokelat. Tempat tersebut juga didirikan sejak lama, bahkan lebih tua dari usia Kabupaten Jember.
"Kami ingin mengembangkan potensi cokelat dan kopi di Banyuwangi. Karena itu kami ke sini," kata Anas.
Anas melihat langsung proses pengolahan cokelat dan kopi di tempat tersebut. Anas juga berkeliling menggunakan kereta melihat perkebunan cokelat dan kopi.
Puslitkoka tidak hanya merupakan pusat penelitian cokelat dan kopi saja. Melainkan di sana telah dikembangkan sebagai agrowisata cokelat dan kopi. Pengunjung bisa belajar dan berwisata, mengelilingi kebun cokelat dan kopi, dan melihat langsung proses pengolahannya.
Di tempat tersebut, juga ada kafe dan minimarket yang menjual hasil olahan cokelat dan kopi. Dari tempat tersebut, Anas mengaku mendapat banyak pengetahuan tentang cokelat dan kopi, yang nantinya bisa dikembangkan di Banyuwangi.
"Banyuwangi ternyata merupakan penghasil cokelat dengan kualitas baik. Cokelat dari Banyuwangi dieksport ke Swis dan negara lainnya, dan di sana diolah menjadi cokelat yang terkenal," kata Anas.
Bahkan Anas pernah mendapat cokelat dari luar negeri, yang di kemasannya tertulis bahan cokelat itu 50 persen dari Glenmore.
"Orang mungkin mengiranya itu Glenmore Perancis. Padahal itu adalah cokelat dari Glenmore Banyuwangi," kata Anas.
Anas mengatakan landscape Banyuwangi cocok untuk pengembangan cokelat dan kopi Banyuwangi. Bahkan cokelat Banyuwangi termasuk yang terbaik di dunia.
Karena itu, menurut Anas pihaknya sedang menginventaris potensi-potensi tersebut sehingga memiliki nilai lebih untuk masyarakat.
Selama ini, Banyuwangi hanya mengirim biji-biji cokelat ke Swis, Perancis, dan negara-negara yang terkenal dengan cokelatnya. Padahal itu bisa diproduksi dan menjadi nilai lebih.