Akibat kejadian tersebut, KMP Tunu Pratama Jaya mengalami kerusakan pada engsel depan bagian kiri hingga patah dan yang bagian kanan bengkok serta plat di dalam engsel tersebut yang terbuka sepanjang 2, 5 meter.
Sedangkan KMP Munic VII hanya mengalami kerusakan pada bagian car deck yang penyok.
Saat kejadian, kata dia, KMP Tunu Pratama Jaya diketahui mengangkut delapan unit truk besar, satu unit truk sedang, empat unit truk tronton, sembilan kendaraan kecil, tiga sepeda motor, serta 30 orang penumpang.
Sedangkan KMP Munic VII diketahui mengangkut lima unit truk besar, empat unit truk sedang, empat unit truk tronton, empat unit kendaraan kecil, tiga unit sepeda motor, serta 33 orang penumpang.
Meskipun sempat bersenggolan, namun Astika memastikan tak ada korban jiwa maupun kerusakan pada kendaraan yang dimuat oleh kedua kapal penyeberangan tersebut.
Astika kemudian memanggil kedua pemilik kapal berikut dengan nakhodanya masing-masing.
Meskipun sempat bersitegang karena keduanya merasa paling benar dalam peristiwa tersebut, akhirnya keduanya sepakat untuk menyelesaikan permasalahan ini secara kekeluargaan.
"Jadi ini bukan tabrakan, lebih tepatnya bersenggolan karena sehabis kejadian keduanya langsung terlepas dan kembali ke dermaga LCM Gilimanuk untuk diperiksa kerusakannya," katanya.
"Saat kejadian cuaca di Selat Bali normal-normal saja. Penyebab kecelakaan ini ya karena kedua nakhoda kurang berhati-hati saat berlayar. Masa kapal sebesar itu sampai tidak kelihatan oleh nakhodanya," lanjut Astika.
Ia pun mengimbau kepada setiap nakhoda KMP yang beroperasi di Selat Bali agar lebih berhati-hati saat berlayar dan tetap berkoordinasi secara intens lewat radio dengan instansi-instansi terkait di Pelabuhan Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk.