Masalah baru akan muncul ketika pria bersangkutan mengalami kecemasan, depresi membahayakan psikologi dan kesehatan dan jiwa karena belum menerima keadaan atau tekanan norma sosial dari masyarakat.
Kondisi ini muncul, karena masyarakat masih banyak menganut norma heternonormatif, meyakini gender hanya terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mereka yang dianggap di luar dari gender tersebut dianggap penyimpangan bahkan dicap gangguan mental.
Secara umum gay sendiri masuk dalam kategori LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Asosiasi Pskiatris Amerika pada 1973 sudah tidak lagi memasukkan gay dan lesbian sebagai sebuah penyakit gangguan jiwa.
Diagnostic Manual of Mental Disorder (DSM) III 1973 dan DSM IV dan V juga telah mengeluarkan homoseksual dari penyakit gangguan jiwa.
Di Indonesia dalam buku Pedoman dan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1983 (PPDGJ II) dan (PPDGJ III) 1993 pada poin F66 menyebutkan orientasi seksual (homoseksual, heteroseksual dan biseksual) bukan gangguan kejiwaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, individu gay sebenarnya lebih bersahabat, mudah bergaul, digemari banyak perempuan karena mampu menjaga fisik dan menjadi sahabat terbaik di kelompok.
Selain itu, dalam kondisi normal, gay lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dengan tingkat emosi yang stabil.
Ada berbagai perilaku yang ditunjukan pria ke sesama gay, di antaranya maskulin dan feminim.
Pria gay yang menunjukan sifat maskulin biasanya akan mengambil posisi dominan dalam hubungan fisik dan emosional, sedangkan pasangan gay dengan sifat feminim lebih banyak menunjukan sikap lebih mengalah pada pasangan/partnernya.
Kurang lebih sama dengan pasangan heteroseksual (penyuka lain jenis kelamin) beberapa pasangan gay juga ada memilih untuk menjalin relasi dengan pasangan/partner sesama jenis dalam kurun waktu tertentu bahkan berlangsung lama.
Namun ada juga yang pasangan yang memberikan kebebasan pada partnernya untuk menjalin relasi dengan pasangan lain.
Prilaku bebas dalam artian boleh bergonta-ganti pasangan inilah yang berbahaya, karena rawan penularan penyakit seperti HIV-AIDS atau penyakit menular lainnya ke orang lain.
Untuk menjaga agar hubungan ini lebih aman dari ancaman penyakit menular yang berbahaya.