Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Moment hari raya Idul Fitri menjadi waktu yang dinantikan untuk dapat berkumpul bersama sanak keluarga, terlebih dapat merayakan hari kemenangan itu di kampung halaman.
Hal itulah yang membuat jelang lebaran, warga berbondong-bondong untuk pulang ke kampung halaman.
Tradisi mudik itupun sudah melekat pada masyarakat Indonesia.
Jika warga biasa dapat dengan mudah mudik, namun hal yang berbeda di rasakan oleh anggota kepolisian.
Tidak jarang, hampir semua anggota kepolisian melewatkan moment lebaran saat bertugas.
Hal itu juga yang dirasakan oleh Bripka Sardi (54), anggota Satlantas Polresta Samarinda ini mengaku telah 34 tahun melewatkan momen lebaran dengan bertugas, dan tidak pernah mudik saat lebaran.
Pria asal Magetan, Jawa Timur ini pun tak pernah menyesal dengan pilihanya menjadi anggota kepolisian, kendati selalu tidak dapat melewatkan lebaran bersama keluarga di kampung halaman.
"Ini sudah resiko menjadi abdi masyarakat. Setelah salat id langsung bertugas, hingga usai masa lebaran, memang tidak sempat mudik kalau lebaran," ucapnya saat ditemui di Pos Pelayanan Operasi Ramadniya Mahakam 2017, jalan APT Pranoto.
Bahkan, saking fokusnya menjalankan tugas, dirinya baru sempat menelpon orangtua di Magetan pada hari ketiga lebaran.
Kendati kerap mendapatkan protes dari anak-anaknya, namun lama kelamaan keluarga mengerti dan paham tentang tugas sebagai anggota polisi.
"Kalau anak-anak kan inginnya seperti orang lainnya, kalau lebaran mudik, sekaligus liburan. Tapi lama kelamaan mereka paham, bahkan saat ini anak pertama saya jadi anggota polisi juga," ungkapnya yang tinggal di jalan PM Noor tersebut.
Bripka Sardi pun menceritakan awal mula dirinya menjad polisi. Setelah lulus SMA, pada tahun 1980, dirinya langsung memilih untuk merantau ke Kalimantan, dan Samarinda menjadi persinggahannya.
Merantaunya dia ke Samarinda sebenarnya tidak disetujui oleh orangtuanya, namun karena yakin disertai nekat, dirinya kabur dari rumah.