Setelah salat, Sasa pun bermain di teras rumah tak jauh dari kandang Sapi.
“Saya tak tahu bermainnya seperti apa, tiba-tiba saya mendengar neneknya, Sri Hartatik berteriak-teriak. Dia masih memakai mukena tapi mukena itu sudah berlumuran darah,” terangnya.
Sri Hartatik mendapati cucunya telah digigit oleh anjing tersebut. Karena panik, Atik berusaha menyiram air ke arah Sapi.
“Karena biasanya kalau disiram air, anjing itu langsung masuk ke dalam kandang. Tapi ternyata tetap menggigit cucunya. Terus anjing itu juga dipukul pakai tangan, tetap saja anjing itu tak melepaskan gigitannya ,” terangnya.
Titin mengaku melihat kejadian tersebut sangat cepat. Ia juga mengatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 14.45 WIB.
“Tidak sampai 5 menit peristiwa itu terjadi,” tukasnya.
Saat itu pun ia hanya tergopoh-gopoh keluar rumah bersama para tetangga lainnya karena tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa ikut panik.
Saat Sasa tidak bergerak lagi dan berada tak jauh dari tubuh anjing, ia melihat ada luka sobek yang lebar dan wajah bocah yang masih kelas 2 SD tersebut penuh cakaran.
“Kami tak ada yang berani mendekat. Hanya bisa melihat sambil menunggu ayahnya datang. Ngeri semua yang melihat kejadian itu,” jelas perempuan yang juga Sekretaris PKK RW 03 itu.
Sesaat kemudian, ayah Sasa datang untuk menenangkan Sapi.
Titin masih tidak habis pikir dengan perilaku Sapi yang menyerang tuannya. Ia mengetahui bahwa anjing tersebut tidak pernah bersifat galak atau menyerang.
Sapi terlihat jinak dan penurut. Bahkan sesekali terlihat bermain dengan Sasa.
“Sasa sering juga ngasih makanan, seperti roti atau biskuit,” ujarnya menyayangkan peristiwa itu.
Kini, Titin pun mengaku dirinya merasa kehilangan Sasa yang riang dan aktif.