TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi orang terkaya di Indonesia dengan nilai kekayaan US$ 4,6 miliar atau setara Rp 61 triliun pada 2017 (data Forbes), justru pengusaha Chairul Tanjung (55) sepertinya tak ingin kedua anaknya menjadi manja atau tinggal menikmati saja kekayaan yang ada.
Chairul mendidik anaknya menjadi pengusaha, hidup mandiri atau makan dari hasil jerih payah sendiri.
Itulah yang dilakukan Putri Indahsari Tanjung (20), putri sulung Chairul dengan Anita Ratnasari.
Pemilik grup usaha Trans Corp tersebut hingga kini hanya dikaruniai dua anak, si bungsu bernama Rahmat Dwiputra Tanjung.
Pada usianya yang masih remaja, Putri menjadi perempuan muda pengusaha.
Jika ayahnya mengelola usaha media massa, bank, properti, dan tambang, lain hanya dengan Putri yang mengelola usaha event organizer atau EO bernama CreativePreneur Event Creator bersama dengan teman sebayanya sejak 5 atau 6 tahun lalu.
Dia menjadi pemilik sekaligus bos EO tersebut.
Awal kemunculannya selalu dikait-kaitkan dengan nama besar sang ayah yang sempat menjabat Menteri Koordinator Perekonomian.
Namun, semakin lama, dia membuktikan kepada orang lain jika kesuksesannya sebagai pengusaha EO tak cuma sekadar numpang nama.
Titik balik kesuksesannya adalah saat Putri berhasil menyelenggarakan acara bertajuk "Mandiri Creativepreneur Corner 2014".
Sambil mengelola EO, Putri juga sedang menimba ilmu pada Jurusan Multimedia Communication, Academy of Art University, San Francisco, Amerika Serikat.
Putri sering pergi pulang Jakarta - San Francisco karena dia masih aktif mengadakan berbagai event meski tengah sibuk kuliah.
Kekasih Gofar Hilman tersebut juga membuat kampanye sosial #MudaBergerak yang didukung Traveloka untuk menginspirasi anak-anak muda agar berbuat hal positif bagi kemajuan lingkungan sekitar.
Dalam memulai kampanye ini, Putri membuat sebuah film pendek berjudul ‘Kinetik’ yang disutradarai dirinya sendiri.
Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Chairul menceritakan perjuangan dia hingga bisa sukses yang dituangkan dalam buku biografi berjudul “Chairul Tanjung Si Anak Singkong”.
Biografi Chairul diawali dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, dia mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya, termasuk dirinya.
Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.”
Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan.
Sang ibunda, Halimah, mengatakan bahwa uang kuliah Chairul pertama yang diberikan kepadanya, diperoleh ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya.
Dalam buku tersebut diceritakan kehidupan masa muda Chairul, saat-saat menjadi mahasiswa sampai kisah awalnya menjadi wirausaha.
Tahun 1987, Chairul menjadi kontraktor pembangunan pabrik sumpit di Citeureup, Bogor, seluas 800 meter persegi. Tapi yang jadi malah pabrik sandal.
Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga Chairul, ketika Chairul bertemu dengan perempuan Jawa, Anita , yang tegas dan tegar.
Dalam buku ini, Chairul mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu adalah segalanya.”
Chairul percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu.
“Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian Chairul berpendapat.
Chairul juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha.