Ketiganya dengan lancar dan semangat menceritakan praktek pemalsuan SIM yang mereka lakukan. Ketiganya bahkan saling melengkapi saat menceritakan proses pemalsuan SIM yang mereka lakukan. Mulai dari saat mencari pembeli SIM palsu hingga mereka memproduksi SIM palsu tersebut.
Mereka memproduksi SIM palsu tersebut sebagus mungkin, dan bahkan lebih bagus dari aslinya supaya setiap pelanggan yang membeli SIM dari mereka percaya bahwa SIM tersebut adalah SIM asli, seperti yang dikeluarkan oleh Satpas Polrestabes Kota Medan. "Pelanggan kami pun tidak tahu kalau SIM itu palsu," ujar Herman.
Berbagi Tugas
Herman Pohan menceritakan dalam memalsukan SIM ini mereka memiliki peranan masing‑masing, mulai dari yang berperan sebagai pencetak SIM, sebagai pengantar SIM kepada pembeli dan pencari pemesan SIM, kemudian ada yang berperan sebagai petugas yang mengamankan saat mereka memproduksi SIM palsu tersebut.
"Saya dan ini bertugas mencetak. Kemudian ada kawan masih DPO, untuk mengantarkan SIM-nya. Kalau yang polisi hanya duduk‑duduk di depan. Untuk mengamankan saja. Karena dia polisi. Biar enggak ada masalah aja. Kami manfaatkan lah dia sebagai polisi," ujarnya.
Herman mengaku terlibat memalsukan SIM berawal dari ketika bertemu temannya berninisial B, masih buron, yang dikenalnya saat dia masih bekerja sebagai honorer di Satpas Polrestabes Kota Medan.
Saat itu mereka memproduksi SIM. Dia mengenal temannya, saat membantu mengurus SIM untuk B di Satpas Polrestabes Medan, beberapa tahun yang lalu.
"Dahulu kan saya pernah bantu teman yang pandai memalsukan banyak hal. Saya bantu waktu itu ngurus SIM dia. Dari situlah kenal aku. Tapi mulai aku tahu dia bisa memalsukan apa pun. Saat aku jualan kaset di depan minimarket. Dia nanya di mana bisa dapat bisa dapat blanko SIM, kemudian menawari aku supaya bisa memesan blanko SIM tersebut," ujarnya.
Saat di mini market itulah, Herman menuturkan diajak turut memalsukan SIM, dan dia tertarik ajakan kawannya dengan dalih tidak mau hidup susah berjualan kaset selamanya. Diapun belajar selama dua minggu di tempat usaha pemalsuan yang dimiliki temannya tersebut di Jalan Merak, Medan.
"Saya baru tahu waktu itu, dia bisa palsukan semua hal. Mulai dari SIM, STNK, ijazah dan masih banyak lagi. Saya belajarlah. Saya tertarik karena kondisi ekonomi sangat susah. Ada pun keluarga, tapi enggak pernah peduli dengan keadaanku," ujarnya.
Setelah dapat memalsukan SIM sendiri, dia pun mengambil blanko e‑KTP yang tidak terpakai di Satpas Polrestabes Medan, dengan memanfaatkan temannya yang dikenalnya saat bekerja di Satpas Polrestabes Medan.
"Saya kan bekerja di Satpas selama empat tahun. Saya kan tahu ke mana SIM bekas ini. Jadi saya ambil lah dari situ. Saya bisa dapat blanko itu karena ada teman di dalam (Satlantas Polrestabes Medan), " ujarnya.
Namun dia tidak bersedia menyebutkan siapa temannya tersebut.
Ia menuturkan dalam memalsukan SIM ini, dia mempelajari pola pengurusan SIM di Satpas Polrestabes Medan, dan mencoba memanfaatkan pola pengurusan SIM tersebut.
"Kan kalau mengurus SIM itu butuh berkas‑berkas pengurus. Nah kami pun begitu. Kami minta foto copy KTP atau kartu keluarga," ujarnya.