Tak lama kemudian, suami Listiyanti yakni Sutrisman (33) atau akrab disapa Paino datang.
Ia menyampaikan bahwa pekerjaannya hanya serabutan dengan penghasilan rata-rata Rp 20 ribu perhari tidak cukup untuk memperbaiki rumah.
"Rumah ini peninggalan orang tua yang sudah meninggal, mau memperbaiki nggak punya duit. Karena untuk hidup saja susah. Istri nggak kerja karena merawat anak," kata Paino.
Rumah itu masih berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, serta gentingnya pun terlihat banyak yang pecah dan melorot.
Ganjar menyatakan bahwa rumah ini harus diperbaiki. Ia meminta pada perangkat desa setempat beserta warga sekitar untuk bergotongroyong memperbaiki rumah.
Sementara pembiayaan akan diupayakan olehnya melalui program perbaikan Rumah Tak Layak Huni (RTLH).
Sedangkan Listiyanti, terlihat matanya berkaca.
Ia menuturkan, dirinya tak menyangka bahwa rumahnya kedatangan Gubernur Jateng sekaligus Bupati Grobogan serta sejumlah pejabat pemkab dan pemprov.
"Nggak nyangka rumah kami didatangi pak gubernur dan bupati," ujarnya.
Usai mengunjungi rumah tersebut, Ganjar mengungkapkan bahwa awalnya lewat usai acara penanaman pohon bersama Perhutani dan Bupati Grobogan.
Namun di perjalanan melihat RTLH tersebut dan langsung menghampiri.
"Tadi saya langsung bicara dengan bupati, nanti saya saja yang nyarikan biaya perbaikannya. Tapi ada berapa banyak di sini dan ternyata masih banyak," ujarnya.
Maka ia meminta pada bupati untuk mendata untuk selanjutnya dikeroyok bersama-sama melalui APBD kabupaten dan provinsi serta APBN dari pusat.
Namun ia meminta pendataan tersebut dilakukan dalam waktu cepat.
"Kan nggak mungkin kita diam saat lewat melihat rumah seperti itu," katanya.
Khusus untuk pembiayaan perbaikan rumah milik Paino ini, Ganjar akan segera mencarikan sumber dana dalan waktu cepat. Yakni melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Jateng.
"Jika dari Baznas belum memungkinkan, nanti pakai duit saya saja. Sebab ini bersentuhan langsung dengan harkat warga kita," tandasnya.(*)